Misinformasi Terhadap Vape Dapat Hambat Upaya Menurunkan Prevalensi Merokok

By Ardha Franstiya | News | Rabu, 22 Mei 2024

Vapemagz – Berbagai misinformasi tembakau alternatif, seperti rokok elektrik atau vape yang dianggap sama berbahaya dengan tembakau konvensional berpotensi menghambat penurunan prevalensi merokok karena perokok dewasa enggan beralih dari kebiasaannya menghisap rokok tembakau. 

“Produk yang diciptakan untuk mengurangi risiko tidak mungkin sama berbahaya dengan produk sebelumnya. Banyak sekali informasi negatif yang beredar saat ini tidak berdasarkan kondisi sebenarnya, termasuk berita hoaks dan penyalahgunaan produk,” ujar Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Budiyanto di Jakarta, dikutip Selasa (22/5/2024).

Sejak 1995 sampai 2018 jumlah prevalensi merokok di Indonesia tumbuh signifikan mencapai angka 36,3 persen dengan tembus di angka 69,1 juta jiwa.

Kondisi tersebut menjadi tantangan serius bagi pemerintah untuk menghadapi penyakit yang berkaitan dengan kebiasaan merokok.

Budi menuturkan produk tembakau alternatif menerapkan konsep pengurangan bahaya tembakau atau tobacco harm reduction, sehingga lebih rendah risiko. Menurutnya, misinformasi yang menyamakan risiko antara produk tembakau alternatif dan rokok tidaklah tepat.

“Kami mendorong seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah untuk berperan aktif memberikan edukasi mengenai profil risiko produk tersebut berdasarkan penelitian ilmiah, bukan opini negatif yang dibuat untuk kepentingan tertentu,” jelas Budi.

Di berbagai negara, rokok elektrik digunakan sebagai alat untuk mengurangi prevalensi merokok. Sejak awal, lanjut Budi, pihaknya selalu mengkampanyekan pembatasan usia kepada seluruh pelaku usaha.

“Kami memiliki skema pengawasan demi menjamin tidak ada penjualan kepada anak di bawah umur,” ucapnya.

Peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat dari Brown University, Jennifer Tidey mengatakan produk tembakau alternatif bekerja melalui proses pemanasan, bukan proses pembakaran seperti rokok, sehingga tidak menghasilkan TAR.

Meski rendah risiko, imbuhnya, tembakau alternatif bukan pintu masuk menuju kebiasaan merokok. Jumlah perokok meningkat usai kemunculan rokok elektrik belum bisa dibuktikan secara substansial.

Jennifer mengingatkan bila bukan perokok, maka jangan menggunakan vape. Namun bila perokok dan sulit berhenti, maka produk rendah risiko dapat menjadi opsi untuk mengurangi dampak buruk.

Comments

Comments are closed.