Memahami dan Memelihara Pod device dan AIO device

By Reiner Rachmat | Reviews | Selasa, 14 April 2020

Diawal tahun lalu sampai hari ini, dunia vape tanah air masih dibanjiri oleh produk-produk pod device dan all-in-one device atau AIO device. Apalagi dengan naiknya nilai cukai rokok, semakin banyak orang yang beralih menggunakan vape dengan pod device dan AIO device sebagai pilihan mereka.

Sebelum melanjutkan, mari pahami dulu perbedaan dasar antara pod device dan AIO device. Pada pod device, coil-nya menyatu dengan kartrid. Sedangkan pada AIO device, coil-nya dapat dipisah dengan kartrid. Pod device juga berbentuk jauh lebih kecil, simple dan sederhana dibanding AIO device yang biasanya lebih besar dan memiliki tombol-tombol lebih banyak.

Namun beberapa produsen kerap menyebut AIO device sebagai “pod device” sehingga menimbulkan kerancuan.

(Aspire)

Sejatinya pod device diciptakan untuk perokok yang ingin beralih ke vape atau sebagai second device (device kedua) para vapers. Oleh karena itu, pod device awalnya didesain untuk konsentrasi nikotin yang lebih tinggi. Apalagi sejak dikenalkannya salt nicotine oleh Juul. Singkat kata, tujuan utama Pod device dan AIO device adalah penghantaran nikotin yang lebih tinggi. Sehingga bagi mereka yang baru beralih ke vape akan menemukan kemudahan untuk menikmati dan memenuhi kebutuhan nikotin mereka. Sedangkan bagi para vapers, pod device dijadikan device cadangan bilamana kondisi dan situasi tidak memungkinkan menikmati vape dengan mod biasa.

(Aspire)

Nah, karena maraknya pasar pod device, semakin banyak vapers yang menggunakannya. Sayangnya, masih banyak yang memperlakukannya seperti mod device pada umumnya sehingga penggunaannya pun jadi salah kaprah. Perlu dipahami bahwa pod device dan AIO device dirancang tidak setangguh mod pada umumnya, mungkin bisa dibilang agak ringkih. Baik dari materialnya, kemampuan baterai, coil, cara menjepit coilnya dan lain-lain tidak didesain untuk pemakaian terus menerus apalagi chain vaping. Seorang perokok yang beralih ke vape jarang sekali melakukan chain vape. Kebanyakan hanya menghisap tiga hingga lima kali hisapan karena kebutuhan tubuh akan nikotin mereka sudah cukup karena kadar nikotinnya yang tinggi.

Begitu pula AIO device. Meskipun saat ini sudah ada AIO device yang memiliki daya penghantar sampai 80 watt dan disediakan adaptor 510 untuk atomizer biasa (RDA/RTA),  sebaiknya jangan digunakan dengan resistensi rendah. Misalnya dengan menggunakan fused/alien clapton dan resistensi 0.20 ohm ke bawah karena sedianya dianjurkan untuk menggunakannya diatas 0.50 ohm. Seringkali pengguna AIO device yang mengeluh power-nya tidak maksimal. Jelas, hal ini karena komponen adaptor pada umumnya menggunakan bahan yang kurang baik untuk menghantarkan listrik sehingga wajar kalau terjadi penurunan voltase atau drop voltage.

(Mang Vapor)

Banyak pertanyaan yang juga muncul mengenai ketahanan kartrid/coil pada pod device dan AIO device. Sebelum dijawab, mari menyamakan persepsi dulu. Saat menggunakan RDA, seberapa lama kita ganti coil dan kapas?

Banyak yang menyampaikan tiga hari untuk ganti kapas dan lima hari untuk ganti coil (round wire). Nah, sekarang bayangkan dengan coil pod device/AIO device yang begitu kecil dan begitu sempit. Akankah optimal bila bertahan sampai satu bulan? Tentu saja tidak, dengan coil yang kecil dan ruang yang sempit tentunya ketahanannya jauh lebih pendek dibanding RDA/RTA biasa.

Beberapa sumber dari produsen sempat menyampaikan bahwa pemakaian optimal dari kartrid pod adalah 3 kali pengisian liquid, ada juga yang menyampaikan hanya kurang dari 400 puffs.

Bagaimana memakai dan memelihara pod device dan AIO device dengan baik? Berikut beberapa tips:

  1. Saat awal penggunaan coil, pastikan liquid benar-benar menyerap dengan sempurna, biasanya membutuhkan waktu sampai 5 menit baru kemudian bisa dinikmati.
  2. Jangan mengisi liquid terlalu penuh, cukup setengah dari kapasitas
  3. Jangan menghisap atau bahkan meniup terlalu kuat karena bisa jadi akan mendorong dan mengubah posisi coil dari dudukannya.
  4. Sesuaikan power dengan resistensi coil atau sesuai anjuran pada buku manual.
  5. Periksa secara berkala posisi bawah kartrid, tepatnya disekitar pin yang terhubung ke device. Apabila ada embun/cairan akibat kondensasi, segera seka dengan tisu kering.
  6. Jangan menekan terlalu kuat posisi coil di kartrid dan hindari device (Pod/AIO) jatuh.
  7. Lepaskan kartrid dari device bilamana tidak dipakai (semisal malam hari saat ditinggal tidur).
  8. Hindari menghisap Pod/AIO pada posisi tidur/rebahan karena liquid akan mengumpul di ujung drip tip dan akhirnya coil akan kering.
  9. Hindari chain vaping.
  10. Pastikan liquid yang dipakai tidak meninggalkan kerak.
  11. Bila tidak dipakai, simpan kartird ditempat yang kering (tidak lembab) dan tidak tersinari langsung oleh matahari.

    (Mang Vapor)

Comments

Comments are closed.