WHO: Tidak Diragukan Lagi, ENDS Tetap Berbahaya

By Vapemagz | News | Rabu, 31 Juli 2019

Rokok elektrik diklaim sebagai alternatif sehat bagi para perokok. Meski demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) justru membantah anggapan tersebut dan merekomendasikan masyarakat untuk menghentikan penggunaan vape karena dampak kesehatan yang diakibatkannya. Meski dinilai memaparkan lebih sedikit racun dibanding rokok tembakau, namun rokok elektrik diyakini tetap menimbulkan risiko kesehatan bagi pengguna.

“Tingkat risiko spesifik yang terkait dengan ENDS (Electronic Nicotine Delivery Systems) belum dipastikan secara meyakinkan, namun tak diragukan lagi bahwa ENDS tetap berbahaya. Karenanya, masyarakat harus tunduk pada peraturan,” tulis WHO dalam sebuah laporan anyar tentang epidemi merokok global, seperti dilansir AFP.

Rokok elektrik saat ini menjadi tren global, termasuk di Indonesia. Meski beberapa penelitian membuktikan produk ini lebih aman ketimbang produk rokok konvensional, produk ini dinilai membuat banyak orang ketagihan. Hal ini mengkhawatirkan berbagai kalangan di seluruh dunia karena dampaknya yang menjadi ‘gerbang anyar’ bagi anak muda menuju kecanduan.

WHO juga membantah fungsi rokok elektrik sebagai pengganti dari rokok konvensional. WHO menegaskan, tak ada bukti yang cukup untuk mendukung peran vape dalam membantu seseorang berhenti merokok.

“Saat ini banyak orang yang pada akhirnya menggunakan kedua jenis rokok sekaligus, rokok dan vape. Hal itu tak bermanfaat, hanya akan menimbulkan risiko kesehatan,” tulis WHO.

Thomas Rizal/VapeMagz Indonesia
Rokok elektrik saat ini menjadi tren global, termasuk di Indonesia. (ZAL-460)

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perusahaan rokok secara agresif memasarkan vape sebagai salah satu cara untuk mencari pelanggan anyar. Terakhir, produk ENDS terfavorit asal Amerika Serikat, JUUL juga telah meluncurkan rokok elektriknya di Indonesia pada Juli ini.

Kini, sejumlah negara tengah beramai-ramai membatasi penggunaan rokok elektrik. San Francisco, negara bagian Amerika Serikat yang merupakan tempat kelahiran JUUL, bulan lalu melarang penjualan dan pembuatan produk ENDS. China, rumah bagi hampir sepertiga perokok tembakau dunia, juga berencana untuk mengatur penggunaan perangkat vaping.

WHO meyakini, masih dibutuhkan upaya yang lebih besar untuk memutus rantai racun nikotin ini. Dalam laporan itu, WHO mencatat hanya 30 persen populasi dunia memiliki akses ke layanan penghentian tembakau yang tepat, seperti konseling, hotline telepon dan bantuan medis. Tanpa bantuan, hanya empat persen upaya untuk berhenti merokok berhasil.

“Orang yang berhenti merokok dapat hidup lebih lama, lebih sehat, dan lebih produktif,” kata WHO. Tembakau disebut telah merenggut lebih dari delapan juta jiwa setiap tahun baik dari penggunaan langsung atau perokok pasif. Meskipun jumlah pengguna rokok sedikit menurun sejak 2007, jumlah pengguna tetap sangat tinggi yaitu 1,4 miliar, dimana sebagian besar dari mereka adalah laki-laki.

(Via AFP/ZAL-END)

Comments

Comments are closed.