Vape Berisiko, Tapi Tidak Lebih Tinggi Dari Rokok

By Reiner Rachmat | News | Senin, 16 September 2019

Pegiat kesehatan masyarakat dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Dr Ajeng Tias Endarti, SKM, M Commonwealth menyatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan bahwa vape merupakan salah satu faktor risiko penyebab kematian yang lebih besar ketimbang rokok. Menurutnya, penelitian terkait vape masih belum berlangsung lama.

Ajeng menyebutkan bahwa dari sekian banyak penelitian, masih terdapat ketidakselarasan kesimpulan, ada yang menunjukkan vape memberi dampak risiko kematian lebih tinggi dari rokok konvensional dan ada yang justru sebaliknya. Menurut Ajeng, hal ini karena adanya konflik kepentingan dari sumber pendanaan penelitian.

(Rakyatku) Ajeng menilai bahwa masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan bahwa vape merupakan salah satu faktor risiko penyebab kematian yang lebih besar ketimbang rokok.

Terkait angka kematian akibat vape di Amerika Serikat baru-baru ini, Ajeng berkomentar bahwa hal tersebut juga bisa tergantung dari penyakit yang menyertai kasus meninggalnya pasien. Dalam arti, vape tidak hanya menjadi salah satu faktor kematian, tetapi faktor tersebut “berkolaborasi” dengan menyakit lain. Walaupun begitu, Ajeng setuju bahwa rokok dan vape sama-sama dapat menimbulkan adiksi akibat kandungan nikotin yang menjadikan si pengguna ketagihan.

Untuk itu, Ajang berharap adanya usaha pencegahan preventif dari pemerintah untuk membuat suatu regulasi yang memberi batasan tentang vape. Misalnya, pembatasan jumlah kafe khusus vapers, jam operasional atau pengunjungnya, agar tidak menimbulkan dampak buruk berkepanjangan.

(via Antara)

Comments

Comments are closed.