Sebuah studi baru dari Fakultas Kedokteran Universitas Kentucky memeriksa bagaimana kebijakan yang membatasi penjualan produk tembakau beraroma termasuk rokok mentol berdampak pada populasi yang rentan.
Dari dana hibah yang dikumpulkan selama lima tahun senilai USD 2,8 juta (Rp 40,4 miliar) dari National Cancer Institute (NCI), akan digunakan untuk mendukung penelitian.
Fokus utama penelitian ini adalah untuk menilai apakah kebijakan ini akan berdampak pada komunitas kulit berwarna, orang yang berpenghasilan rendah, dan remaja yang lebih cenderung menggunakan produk tembakau beraroma.
“Kami sudah tahu bahwa menghentikan penjualan produk ini dapat mengurangi ketersediaan dan penggunaannya di komunitas kulit berwarna. Tetapi pemerintah harus memahami apakah kebijakan ini memiliki manfaat yang paling adil,” kata Shyanika Rose, peneliti utama studi.
Menurut Truth Initiative, hampir 90 persen dari perokok berkulit hitam menggunakan rokok mentol dan lebih dari 39.000 orang Afrika-Amerika meninggal karena kanker setiap tahun. Lewat pembatasan ini, penggunaan rokok mentol menurun di kalangan remaja Afrika-Amerika. Namun, kebijakan ini juga menciptakan kesenjangan antar ras kulit berwarna dengan kulit putih.
(Via News Wise)
Comments