Studi Terbesar di AS Menunjukkan Rokok Elektrik sebagai Alat Bantu Berhenti Merokok

By Ardha Franstiya | News | Sabtu, 26 Agustus 2023

Vapemagz – Studi terbaru yang dirilis tim peneliti Medical University of South Carolina (MUSC) Hollings Cancer Center dianggap sebagai studi rokok elektrik terbesar di Amerika Serikat (AS).

Penelitian tersebut berlangsung selama 4 tahun, yang telah melibatkan orang-orang dari 11 kota di Amerika.

Hasil studi menunjukkan bahwa penggunaan rokok elektrik mendorong orang untuk berhenti merokok. 

“Jarang sekali Anda terbukti benar dalam hampir semua prediksi Anda,” ujar Matthew Carpenter Ph.D. selaku salah satu pimpinan program penelitian di Hollings, dikutip dari laman MUSC, Sabtu (26/8/2023).

“Di sini, dampaknya terjadi satu demi satu: Tidak peduli bagaimana kita melihatnya, mereka yang menggunakan produk rokok elektrik menunjukkan lebih banyak pantang dan lebih sedikit bahaya dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakannya,” lanjutnya menjelaskan.

Carpenter bersama rekan-rekannya Smith Ph.D., Jennifer Dahne Ph.D., Michael Cummings Ph.D., dan Graham Warren MD,Ph.D., merancang penelitian dengan cara naturalistik untuk sebisa mungkin meniru kondisi dunia nyata.

Mereka merekrut orang-orang atau responden yang ingin berhenti merokok dan memberi petunjuk secara rinci tentang cara menggunakan rokok elektrik.

“Beberapa orang mengatakan, ‘Tidak apa-apa, tetapi hasil penelitian tersebut tidak berlaku di dunia nyata karena dunia nyata tidak terstruktur’,” jelas Carpenter. 

“Jadi yang kami lakukan adalah mengambil pendekatan lepas tangan – kami menyebutnya pendekatan naturalistik. Pertama, kami mengambil perokok yang sudah dan tidak ingin berhenti. Jadi, tidak semua orang ingin berhenti. Kedua, kami hanya memberi mereka sedikit instruksi tentang cara menggunakannya,” tambahnya.

Matthew Carpenter Ph.D. (Dok, MUSC)

Responden diberikan rokok elektrik dan bebas memilih untuk menggunakannya atau tidak, sebanyak atau sedikit yang mereka konsumsi.

Studi menunjukkan orang-orang dalam kelompok rokok elektrik lebih cenderung melaporkan tidak mengonsumsi rokok konvensional. Selain itu, mereka lebih mungkin melaporkan bahwa mereka telah mengurangi jumlah rokok per hari yang mereka hisap dan jumlah “usaha berhenti” mereka.

Upaya berhenti adalah metrik yang penting karena orang biasanya memerlukan beberapa kali percobaan sebelum mereka berhasil berhenti merokok.

“Tidak seorang pun ingin rokok elektrik ada di tangan anak-anak, dan kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk menghentikannya. Namun kita tidak boleh melakukan hal tersebut dengan menolak pilihan ini bagi perokok dewasa yang tidak bisa berhenti,” terang Carpenter.

Pada awalnya, Carpenter bermaksud mengumpulkan sampel biokimia dari partisipan di wilayah Charleston untuk memverifikasi laporan perilaku merokok mereka. Namun, pandemi COVID-19 mengganggu rencana tersebut dan membuat pengambilan sampel secara langsung menjadi tidak mungkin.

Carpenter mengatakan dibanding AS, negara-negara lain mengambil pendekatan secara lebih terbuka terhadap penggunaan rokok elektrik. Misalnya, Inggris yang mengumumkan program “Swap to Stop” dengan mendistribusikan starter kit vaping kepada 1 juta perokok.

Sementara di AS sendiri, rokok elektrik tidak disetujui sebagai alat bantu berhenti merokok. Hal itulah yang mendorong Carpenter bersama rekannya melakukan penelitian untuk menguji rokok elektrik sebagai bantuan bagi perokok dewasa untuk berhenti dengan menggunakan dua metode berbeda atas persetujuan FDA.

Di sisi lain, Direktur Program Perawatan Tembakau Kesehatan MUSC, Benjamin Toll Ph.D., mendesak melakukan kampanye bagi perokok dewasa untuk menyampaikan pesan bahwa meski tidak ada pilihan aman, rokok tradisional jauh lebih berbahaya daripada rokok elektrik.

Comments

Comments are closed.