Studi Terbaru di EropaMemperlihatkan Faktor Genetik yang Berhubungan Dengan Ketergantungan Nikotin

By Vape Magz | News | Selasa, 28 Desember 2021

Sebuah studi baru yang dipimpin oleh psikolog di Universitas Emory dan diterbitkan di Nicotine & Tobacco Research, menawarkan model baru untuk menganalisis risiko genetik yang berkaitan dengan ketergantungan nikotin. Mengingat bahwa beberapa orang dapat merokok dengan santai untuk sementara waktu dan tampaknya tidak pernah menunjukkan gejala kecanduan merokok, sementara yang lainnya berjuang untuk berhenti merokok selama bertahun-tahun. Dari hal tersebut dapat dilihat jelas bahwa ada campuran faktor lingkungan, perilaku, dan genetik yang berkontribusi pada ketergantungan nikotin.

Berjudul, “Analisis Multi-Poligenik Ketergantungan Nikotin pada Individu Leluhur Eropa,” penelitian ini menggunakan model multi-sifat dengan tujuan menghubungkan sifat dan penyakit secara genetik untuk meningkatkan akurasi memprediksi ketergantungan nikotin seseorang.

Gen yang meningkatkan risiko kecanduan

Hasilnya menunjukkan bahwa skor poligenetik untuk sifat dan kelainan yang berbeda, seperti risiko skizofrenia, depresi, neurotisisme, persepsi individu, indeks massa tubuh yang tinggi, dan alkoholisme, dapat meningkatkan risiko ketergantungan terhadap nikotin. Di sisi lain, skor poligenetik lainnya seperti yang berkaitan dengan pencapaian pendidikan tinggi, menurunkan risiko ketergantungan nikotin. Menariknya, studi melaporkan bahwa, jumlah rokok yang dihisap per hari, persepsi individu, dan pencapaian pendidikan adalah prediktor yang paling kuat. “Jika Anda melihat efek gabungan dari semua karakteristik ini, model kami menyumbang hampir 4 persen dari variasi ketergantungan nikotin, atau hampir empat kali lipat dari apa yang kami pelajari ketika hanya mengandalkan indeks genetik untuk jumlah rokok yang dikonsumsi seseorang setiap harinya,” kata Rohan Palmer, Penulis Senior, dan Asisten Profesor di the Behavioral Genetics of Addiction Laboratory di Universitas Emory. Palmer menambahkan bahwa situasi yang ada tampaknya lebih kompleks dari yang diperkirakan sebelumnya. “Apa yang kami temukan, adalah untuk memanfaatkan informasi genetik dengan lebih baik, kami perlu melampaui sifat dan kelainan individu manusia dan memikirkan bagaimana risiko untuk perilaku dan sifat yang berbeda saling berkaitan antar satu dan lainnya. Adapun pendekatan yang lebih luas ini dapat memberi kita ukuran yang jauh lebih baik untuk mengetahui apakah seseorang berisiko mengalami gangguan mental, seperti ketergantungan nikotin.”

“Semua sifat dan penyakit yang kami amati adalah poligenik, yang melibatkan banyak gen,” tambah Victoria Risner, penulis pertama studi tersebut, yang melakukan pekerjaan sebagai sarjana Emory jurusan ilmu saraf dan biologi perilaku. “Itu berarti bahwa jutaan varian genetik kemungkinan masuk ke gambaran lengkap untuk semua risiko yang diwariskan untuk ketergantungan nikotin.”

Peran kelayakhunian

Model poligenetik multi-varian yang digunakan dalam penelitian ini juga menawarkan peluang dan peta jalan untuk studi masa depan. Misalnya, memberikan gambaran yang lebih jelas tentang peran heritabilitas dalam kecanduan, yang dapat memperbesar perannya dalam kecanduan nikotin dengan menambahkan lebih banyak asosiasi risiko model (seperti metabolisme nikotin) dan kelompok sifat poligenik (seperti gangguan kecemasan dan neurotisme).

“Ketika kami terus membidik siapa yang paling berisiko dalam ketergantungan nikotin, dan faktor-faktor apa yang saling berkaitan, baik genetik atau lingkungan, yang dapat meningkatkan risiko mereka, maka kita dapat menentukan intervensi apa yang paling cocok membantu seseorang yang kecanduan,” simpulnya. Palmer.

 

(Via vapingpost.com)

Comments

Comments are closed.