Studi: Larangan Rasa Hanya Akan Mendorong Remaja Merokok

By Bayu Nugroho | News | Kamis, 27 Mei 2021

Pada 2018, pemilih di San Francisco sangat menyetujui tindakan pemungutan suara yang melarang penjualan produk vape rasa. Pendukung kesehatan masyarakat merayakan undang-undang yang menurut para pendukung dibenarkan, karena rasa menarik remaja untuk melakukan vaping. Sebuah studi baru menunjukkan bahwa hukum mungkin menjadi bumerang dan mendorong lebih banyak remaja untuk mencoba rokok tembakau.

Menurut sebuah studi baru dari Yale School of Public Health (YSPH), para peneliti mengatakan bahwa setelah penerapan larangan tersebut, peluang siswa sekolah menengah untuk merokok konvensional meningkat dua kali lipat di distrik sekolah San Francisco, dibandingkan dengan di distrik lain tanpa penerapan larangan.

Penelitian yang dipublikasikan di JAMA Pediatrics pada 24 Mei ini diyakini sebagai yang pertama menilai bagaimana larangan rasa memengaruhi kebiasaan merokok remaja.

“Temuan ini menunjukkan perlunya kebijakan yang tepat. Meskipun merokok atau vaping tidak aman, sebagian besar bukti saat ini menunjukkan bahwa bahaya yang jauh lebih besar dihasilkan dari merokok, yang bertanggung jawab atas hampir satu dari lima kematian orang dewasa setiap tahun,” kata Abigail Friedman, penulis studi dan asisten profesor kebijakan kesehatan di YSPH.

Yale School of Public Health
Abigail Friedman: “Studi di San Francisco memang memiliki keterbatasan. Karena hanya ada waktu singkat sejak pelarangan diterapkan, trennya mungkin berbeda di tahun-tahun mendatang. San Francisco juga hanyalah salah satu dari beberapa kota di AS yang telah menerapkan pembatasan penjualan vape rasa. Jadi, efeknya mungkin berbeda di tempat lain.”

Friedman menggunakan data siswa sekolah menengah di bawah usia 18 tahun dari survei distrik sekolah Youth Risk Behavior Surveillance System 2011-2019. Sebelum penerapan larangan tersebut, tingkat merokok selama 30 hari terakhir di San Francisco dan distrik sekolah serupa. Namun, begitu larangan rasa diterapkan sepenuhnya pada tahun 2019, tingkat merokok di San Francisco dan distrik sekolah meningkat.

Untuk menjelaskan hasil ini, Friedman mencatat bahwa produk vape telah menjadi produk tembakau paling populer di kalangan anak muda AS setidaknya sejak 2014, dengan pilihan rasa yang sangat disukai.

“Pikirkan tentang preferensi remaja, beberapa anak muda memilih menggunakan produk vape daripada rokok tembakau karena pilihan rasanya. Melarang perasa dalam liquid dapat menghilangkan motivasi utama mereka memilih vaping daripada merokok, mendorong beberapa dari mereka kembali ke rokok konvensional,” tambah Friedman.

(Via Yale News)

Comments

Comments are closed.