Silang Pendapat Soal Rokok Memunculkan Istilah Whataboutisme, Apa Sih?

By Vape Magz | News | Selasa, 5 Oktober 2021

Perdebatan pembela rokok vs kesehatan menjadi semkin menarik, terlebih setelah melahirkan istilah yang mungkin asing di telinga beberapa orang, yakni ‘whataboutisme’.

Sebelumnya, untuk menyegarkan ingatan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan getol mengkampanyekan anti-rokok. Bahkan, Anies mengeluarkan Seruan Gubernur (Sergub) DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2021 tentang Pembinaan Kawasan Merokok.

Lewat seruan itu, Anies meminta bawahannya untuk menutupi iklan dan display rokok yang ada di fasilitas publik. Langkah Anies pun memantik obrolan dan banyak kicauan di Twitter, karena kampanye anti rokok itu disandarkan dengan efek kesehatan.

Kampanye tersebut lalu mendapat serangan dari mereka yang pro-rokok. Beberapa di antara mereka berpendapat bahwa kesehatan bergantung pada diri masing-masing.

Para gembong pro-rokok berdalih, jika pelarangan rokok karena didasarkan pada efek kesehatan, maka gula juga mestinya dilarang. Karena gula juga termasuk pembunuh paling manjur di dunia.

Serangan itu kemudian disebut ‘whataboutisme’. Ismail Fahmi, Founder of Drone Emprit and Media Kernels Indonesia, adalah orang yang pertama melemparkan istilah tersebut dalam perdebatan rokok vs kesehatan itu.

Ismail bilang, dalih para pembela rokok setiap kali ada pembahasan tentang iklan rokok, display rokok dll, adalah mengarahkan ke bahaya penyakit gula.

“Maka otomatis mereka pembela rokok akan belok ke topik lain, yaitu: GULA,” bunyi cuitan Ismail di akun Twitternya.

“Sudah hapal SOP-nya begitu sejak dulu. Whataboutism,” lanjut Ismail.

Pada cuitan Ismail soal perdebatan kaum anti-rokok dengan pro-rokok memunculkan ‘whataboutisme’. Lalu apa sebenarnya istilah itu? Apa yang dimaksud ‘whataboutisme’?

Istilah ‘whataboutism’ secara diksi berasal dari dua kata, ‘What’ dan ‘About’. Jika dilihat dalam Oxford Dictionaries, ‘whataboutism’ merujuk pada sebuah teknik retorika untuk membelokkan tudingan yang disampaikan oleh orang lain.

Kata kuncinya adalah ‘whataboutisme’ adalah teknik retorika.

Taktik retorika pembelokan kritik itu pertama kali muncul saat perang dingin antara Uni Soviet dengan negara barat. Istilah itu merebak di Rusia pasca-Soviet, ketika sedang membahas hak asasi manusia.

Kala ditanyai mengenai hak asasi manusia, maka pembalasannya adalah ‘What About? (bagaimana dengan)..’ dengan menyertakan contoh isu yang tengah ramai, namun tidak relevan.

Saat itu, ‘whataboutisme’ dijadikan propaganda Rusia dengan tujuan mengaburkan kritik terhadap negara Rusia dan menurunkan kualitas percakapan dari kritik yang masuk akal terhadap Rusia menjadi perselisihan sepele.

Sejumlah pemimpin Rusia mengadopsi praktik ‘whataboutisme’ Soviet untuk menghindari refleksi internal terhadap kritik eksternal dan menyoroti kesalahan negara-negara lain.

Menurut Merriam-Webster dalam sebuah artikelnnya berjudul What about ‘whataboutism’? retorika ‘whataboutisme’ pada umumnya dianggap sebagai bentuk tu quoque yang artinya ‘Kamu Juga’.

Dari bahasa latin tersebut, ‘whataboutisme’ dianggap sebagai kekeliruan logika karena benar tidaknya pendapat si penuduh, tidak ada kaitannya dengan isu yang tengah dibahas.

(Via kompas.tv)

Comments

Comments are closed.