Hasil riset Institute of Global Tobacco Control (IGTC) di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, menunjukan rokok kretek dan rokok putih dengan rasa meningkatkan risiko bertambahnya jumlah perokok di Indonesia. Lebih lanjut, rokok putih dengan bentuk perasa memiliki kandungan zat kimia yang tinggi. Sehingga hal tersebut memicu berbagai penyakit kronis mulai dari kanker paru hingga serangan jantung.
“Berbagai perasa kimiawi dipasarkan pada konsumen di Indonesia, di antaranya ada senyawa cengkeh seperti eugenol, menthol, dan perasa kimiawi tambahan lainnya. Menghisap eugenol, yakni bahan kimia utama pada rokok kretek menyebabkan paparan partikulat, nikotin, tar dan karbon monoksida pada setiap batangnya lebih tinggi dibandingkan bahaya kesehatan yang sudah ada di rokok putih,” seperti dikutip dari suara.com melalui tulisan keterangan penelitian tersebut.
Jika melihat situasi di Indonesia, hal tersebut diperparah dengan tidak adanya larangan produk tembakau perasa di Indonesia. Sehingga, dikhawatirkan jumlah perokok akan terus bertambah bila tidak ada kebijakan yang tegas untuk mencegah hal tersebut.
“Perasa meningkatkan daya tarik produk tembakau dan tingkat konsumsinya. Hal ini cukup jelas dari hubungan antara keberadaan zat perasa di produk tembakau dengan biaya kesehatan dan sosial yang menghabiskan sekitar US$ 1.6 juta pada tahun 2019 dan jumlah kematian yang berkaitan dengan tembakau sekitar 225.000 per tahun,” ujar Peneliti IGTC, Beladenta Amalia.
Sejak tahun 2021 hingga 2022, proses penelitian IGTC dengan cara membeli 24 jenis merek kretek dan 9 jenis merek rokok putih. Para peneliti kemudian mencari kadar kandungan perasa kimia di tiap batangnya. Hasilnya, tidak kurang dari 180 perasa kimia individual yang diteliti, di antaranya eugenol yakni senyawa perasa cengkeh, empat jenis senyawa cengkeh yang lain, dan menthol. Dari penelitian itu, diharapkan bisa mendorong pelarangan rokok berperasa di Indonesia untuk mencegah bertambahnya jumlah perokok. Apalagi jika ada kebijakan yang jelas bisa meningkatkan peluang berhenti merokok.
“Oleh karena itu, sangatlah penting bagi para pembuat kebijakan di Indonesia untuk mengatasi masalah daya tarik kretek dan produk tembakau lainnya dengan melarang penggunaan perasa kimia. Terlebih dengan adanya kaitan antara bahan tersebut dengan meningkatnya penggunaan tembakau dan biaya-biaya sosial terkait,” tulis keterangan tersebut.
Via suara.com
Comments