Remaja Mengaku Tidak Pernah Vaping, Tapi Sering JUULing

By Vapemagz | News | Rabu, 8 Mei 2019

Bagi beberapa kaum muda khususnya para remaja yang menggunakan alat vaping populer ciptaan JUUL Labs Inc., kata “JUULing” sudah menjadi kata kerja sendiri. Caleb Mintz, remaja Amerika Serikat berusia 17 tahun, pertama kali mencoba JUUL ketika dia berusia 15 tahun. Dirinya tertarik setelah melihat temannya memegang perangkat JUUL yang ramping.

“Mendengar kata JUUL dan bukannya vape membuatnya terdengar sangat berbeda. Itu tidak terlihat seperti vape pada umumnya. Menyebutnya dengan nama yang menarik membuatnya tampak seperti tidak memiliki sesuatu yang berbahaya di dalamnya,” kata Caleb saat diwawancarai oleh Bloomberg.

Caleb adalah anak dari Meredith Berkman, salah satu pendiri Parents Against Vaping E-Cigarettes (PAVe). Kini Caleb bersama ibunya menjadi advokat kesehatan dan bepergian keliling negara untuk menyerukan pembatasan rokok elektrik.

Kelompok-kelompok anti tobacco dan pejabat kesehatan mengaku selama ini sering terjadi kebingungan ketika melakukan survei untuk mendata jumlah remaja yang menggunakan rokok elektrik. Pasalnya, para remaja mengaku tidak pernah menggunakan rokok elektrik. Tetapi ketika ditelusuri, para remaja mengaku pernah JUULing.

“Sebagian besar anak-anak telah menjadikan JUUL sebagai nama tersendiri. Hal ini telah mendarah daging dalam budaya, sehingga mereka mungkin tidak tahu JUUL adalah rokok elektronik,” ujar Brian King, Deputi Direktur Peneltian di Centers for Disease Control (CDC) bagian Pencegahan Rokok dan Kesehatan.

Survei nasional penggunaan tembakau di kalangan kaum muda (National Youth Tobacco Survey atau NYTS) tahun 2018 mengungkap angka penggunaan rokok elektrik di kalangan siswa sekolah menengah naik 78 persen dibandingkan dengan 2017, menjadi lebih dari 3 juta siswa. Para pejabat pemerintah khususnya Food and Drug Administration (FDA) menyebut tingkat penggunaan vape di kalangan remaja masuk level epidemi.

Saat “JUULing” menjadi kata baru di kamus para remaja, Truth Initiative mengaku khawatir bahwa beberapa pengguna mungkin tidak tahu apa yang mereka hirup. Kelompok anti tobacco itu menemukan 63 persen pengguna JUUL berusia 15 hingga 24 yang disurvei pada November 2018 tidak tahu produk tersebut mengandung nikotin. Adapun pengguna yang mengetahui adanya kadar nikotin di pod JUUL tidak mengetahui potensi bahaya dari nikotin, yang salah satunya bisa mempengaruhi perkembangan otak.

CDC Via Bloomberg
Angka penggunaan rokok elektrik di kalangan siswa sekolah menengah naik 78 persen di tahun 2018 dari tahun sebelumnya.

JUUL, perusahaan rintisan asal San Francisco, dituding sebagai biang keladi dari meningkatnya angka penggunaan rokok elektrik di kalangan siswa sekolah. Mereka dianggap telah menggunakan media sosial dengan cekatan untuk mempopulerkan perangkatnya. Dalam postingan Instagram atau Twitternya, JUUL tidak secara jelas menyebut perangkatnya sebagai rokok elektrik dalam iklan, tetapi menggunakan istilah vapor.

Meskipun JUUL telah menutup akun Facebook dan Instagram miliknya, tagar #juulvapor masih ramai di berbagai postingan sosial media. Juru bicara dari JUUL, Lindsay Andrews mengatakan perusahaan berkomitmen bahwa produknya ditujukan untuk orang dewasa, dan semuanya mengandung label peringatan tentang nikotin dan sifat adiktifnya.

“Kami mengikuti FDA dalam menyebut produk kami rokok elektrik, sistem pengiriman nikotin elektronik (electronic nicotine delivery systems atau ENDS) atau vapor di berbagai bentuk komunikasi kami,” kata Andrews. Perusahaan mengatakan mendukung upaya untuk menaikkan usia minimum untuk membeli produk tembakau menjadi 21 tahun demi mencegah penggunaan produk di kalangan remaja.

Tahun ini CDC akan melakukan pengumpulan survei menggunakan metode elektronik, bukan kertas dan pensil seperti sebelumnya demi memudahkan analisis data. Bahasa survei yang diperbarui diharapkan untuk mendapati anak-anak yang berpikir bahwa JUULing tidak sama dengan menggunakan rokok elektrik.

“Kami menduga bahwa kami mungkin melihat peningkatan sebagai akibat dari penggunaan bahasa yang lebih tepat,” kata King. Menurutnya, regulator perlu gesit untuk melacak perubahan dalam bagaimana remaja diperkenalkan dengan perangkat vaping. CDC mengatakan saat ini ada perangkat rokok elektrik baru bernama Suorin, yang kerap diisi ulang dengan likuid capuran senyawa ganja THC.

Pada bulan Mei, FDA berencana mengeluarkan kampanye pencegahan melalui jaringan televisi. Iklan dengan anggaran sebesar USD 60 juta ini adalah jurus pamungkas dari mantan Komisaris FDA, Scott Gottlieb sebelum dia meninggalkan agensi pada 5 April lalu.

(Via Bloomberg)

Comments

Comments are closed.