Prospek Cerah Industri Rokok Elektrik di Indonesia

By Vapemagz | News | Kamis, 31 Januari 2019

Geliat industri rokok elektrik atau vape di Indonesia terus menunjukkan arah yang positif. Sebagai negara yang memiliki tingkat perokok aktif yang tinggi, Indonesia diyakini menjadi pasar yang sangat diperhitungkan di regional Asia dari produk alternatif tembakau ini. Hal ini dikemukakan oleh Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), Aryo Andrianto.

“Saat ini industri vape masih merangkak. Diperkirakan 3 persen dari 60-70 juta perokok aktif di Indonesia atau sekitar 1-2 juta telah menjadi pengguna vape,” urai Aryo. Perkembangan industri vapor semakin menggeliat, khususnya setelah produk ini dilegalkan oleh pemerintah, melalui pengenaan cukai pada likuid vapor.

Semakin besar ketertarikan perokok mencoba untuk beralih ke produk alternatif ini juga membuat beberapa perusahaan internasional menjajaki kemungkinan menjual produknya di Indonesia. Salah satunya adalah JUUL Labs Inc, yang pada akhir Desember lalu dikabarkan sedang mengadakan pembicaraan dengan pemerintah Indonesia untuk memperkenalkan peralatan rokok elektriknya.

“Jika membandingkan negara di Asia lainnya, pasar Indonesia lebih siap lantaran regulasi yang mengaturnya sudah cukup kuat. Ambil contoh Malaysia, meski berkembang namun skalanya masih kecil dan peraturannya belum jelas. Korea Selatan saja baru mau bikin peraturannya. Hal ini menjadi bahan pertimbangan utama untuk produsen vape dari luar masuk ke Indonesia,” urai Aryo.

Aryo Andrianto/Instagram
Aryo Andrianto dari Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI).

Tak hanya itu, beberapa perusahaan rokok konvensional kini juga mulai memasuki industri ini. Seperti Phillip Morris International yang sudah melakukan peluncuran produk vape nya, IQOS. Perusahaan yang tergolong Big Tobacco ini menjadikan Jepang sebagai pasar yang ideal untuk produk tembakau heat not burn (HNB).

Lalu juga ada Japan Tobacco Inc yang awal tahun ini meluncurkan dua produk HNBm Ploom Tech + dan Ploom S. Hal ini dilakukan oleh Japan Tobacco untuk memperluas penggunaan produk HNP lantaran penggunaan rokok konvensional di Jepang mulai ditinggalkan.

Saat ini menurut Aryo sasaran produk vape rata-rata adalah masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas. “Namun seiring ramainya produsen besar rokok tembakau beralih ke rokok elektrik, bukan tidak mungkin segmen menengah ke bawah ke bawah dapat dimaksimalkan,” ujarnya.

APVI yang berdiri pada 2014 lalu ini merupakan asosiasi para pelaku industri vape, termasuk komunitas pecinta produk vapor. Menurut Aryo, pelaku usaha yang meliputi pemilik toko offline dan distributor vape yang tergabung dalam asosiasi ini telah mencapai sekitar 1.000 anggota, dan diperkirakan akan terus bertambah.

(Via Kontan)

Comments

Comments are closed.