Produk Pengurangan Bahaya Tembakau Bisa Mengatasi Epidemik Rokok Asia

By Vapemagz | News | Jumat, 16 November 2018

Rokok menjadi salah satu isu utama dalam masalah kesehatan publik di Asia. Pasalnya, lebih dari setengah perokok di dunia ada di Asia. Adanya larangan pemerintah yang ketat, pengenaan pajak yang tinggi, dan beragam kampanye yang untuk memicu kesadaran masyarakat atas bahaya rokok faktanya tak dapat membendung angka perokok yang terus meningkat.

Sementara itu, di beberapa kawasan Eropa dan Amerika, pembuat kebijakan setempat sudah mengadopsi produk pengurangan bahaya tembakau (Tobacco Harm Reduction atau THR) sebagai kebijakan pengendalian tembakau. Salah satunya adalah Public Health England dari Inggris dan Food and Drug Administration dari Amerika Serikat.

Perlahan tapi pasti, survei membuktikan bahwa jumlah perokok mulai mengalami penurunan menuju titik terendahnya, sejalan dengan masuknya produk pengurangan bahaya tembakau seperti rokok elektrik atau vape. Dengan demikian, otoritas kawasan Asia nampaknya perlu mengadopsi pengurangan bahaya tembakau untuk merumuskan kebijakan pengendalian tembakau di negara tersebut.

“Para pembuat kebijakan perlu memahami bahwa pengurangan bahaya tembakau memiliki potensi sebagai solusi yang paling efektif dalam mengatasi epidemi merokok di Asia, dan dapat melengkapi upaya pengendalian tembakau yang sudah berlaku,” kata Prof. Ron Christian Sison, Ketua Harm Reduction Alliance of the Philippines (HARAP), dalam Asia Harm Reduction Forum (AHRF) ke-2 di Manilla, Filipina, Rabu Kamis (15/11).

Forum ini dihadiri para pakar ternama dari bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), kesehatan, kebijakan, dan advokasi konsumen dari seluruh Asia dan Pasifik. Diselenggarakan oleh HARAP dan Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik Indonesia (YPKP), forum dengan skala regional ini kembali digelar tahun ini menyusul kesuksesan AHRF ke-1 di Jakarta, setahun sebelumnya.

Senada dengan Sison, peneliti dari YPKP Dr. drg. Amaliya, MSc., PhD mencatat bahwa prevalensi merokok yang menurun drastis di beberapa negara seperti Inggris dan Jepang dapat terjadi ketika produk tembakau alternatif tersedia secara luas.

“Untuk beberapa perokok di Indonesia, pendekatan berhenti atau ‘mati’ tidaklah berhasil. Karena itu, sekarang waktunya untuk mempertimbangkan pendekatan berhenti atau ‘mencoba’, yaitu mencoba produk nikotin alternatif,” kata Amaliya.

dok. AHRF
Peneliti dari Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik Indonesia (YPKP) Dr. drg. Amaliya, MSc., PhD.

Menurut Amaliya, produk THR merupakan terobosan inovasi dan pengembangan teknologi. Salah satunya adalah rokok elektrik atau vape. Produk tembakau alternatif juga tersedia untuk memberikan pilihan yang memuaskan dan lebih rendah risiko bagi perokok tanpa bahaya tar.

“Kita perlu secara aktif menginformasikan pada pembuat kebijakan mengenai pengurangan bahaya tembakau dan manfaat potensial dari produk tembakau alternatif demi kesehatan publik,” ujarnya.

Anggota Kongres Anthony Bravo (Coop-NATTCO Party-list) yang juga merupakan advokat dalam hal pengurangan bahaya tembakau di Filipina, menyampaikan pidato utama ketika forum berlangsung. Di sesi pagi, para panelis dari Indonesia, Singapura, Filipina, India, dan Swedia fokus mengidentifikasi cara untuk mengatur produk alternatif guna mendukung pengurangan bahaya tembakau.

AHRF 2018 juga membahas tentang perkembangan ilmiah terbaru pada pengurangan bahaya tembakau dari sisi praktisi kesehatan dan akademisi terkemuka. Saat ini, terdapat semakin banyak bukti yang mendukung pengurangan bahaya tembakau sebagai manfaat bagi kesehatan masyarakat, khususnya dalam pengembangan sistem untuk mengonsumsi nikotin dengan bahaya yang lebih rendah.

Forum ini juga menghadirkan para pembicara internasional kelas dunia, yaitu Prof. Tikki Pangestu dari Singapura yang membahas bukti yang menginformasikan tentang kebijakan kesehatan masyarakat untuk pengurangan bahaya. Kemudian, Dr. Marewa Glover yang membagikan informasi tentang pendekatan Selandia Baru dalam pengurangan bahaya tembakau.

Selanjutnya, Dr. Hiroya Kumamaru dari Jepang berbicara mengenai produk tembakau alternatif di negaranya dan dampak positif yang dihasilkan untuk mempercepat penurunan tingkat merokok di negara tersebut. Adapun Dr. Kgosi Letlape dari Afirka Selatan berbagi tentang pengalaman pengurangan bahaya tembakau yang bisa dipelajari oleh negara-negara Asia. Terakhir, Prof. Helen Redmon, Profesor dari New York University – Silver School of Social Work yang membahas tentang vape dan populasi yang rentan.

(Via Manila Standard)

Comments

Comments are closed.