Praktisi Bicara Fakta tentang Produk Tembakau Alternatif

By Vape Magz | News | Rabu, 29 Maret 2023

Praktisi sekaligus peneliti dari Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), Amaliya, menyebutkan jika produk tembakau alternatif memiliki profil risiko kesehatan yang rendah. Hal itu bisa terjadi karena menerapkan sistem pemanasan.  Hasil dari pemakaian produk ini dijelaskan Amaliya berupa uap air atau aerosol, bukan asap seperti pada rokok yang dibakar. Sehingga, produk tembakau alternatif berbeda dengan rokok.

“Dengan mengeliminasi proses pembakaran, kadar gas CO (karbon monoksida), CO2 (karbon dioksida), dan NOx (nitrogen moksida) pada produk tembakau alternatif mengalami penurunan siginifikan dibandingkan asap rokok konvensional,” katanya.

Hal ini diperkuat dengan hasil kajian ilmiah yang dilakukan YPKP bersama Skylab-Med di Yunani pada 2019 lalu. Hasil kajian ilmiah tersebut menyimpulkan produk tembakau yang dipanaskan memiliki aldehid (senyawa berbahaya) yang jauh lebih rendah daripada rokok.  Amaliya pun menilai pentingnya melakukan studi lebih lanjut untuk fokus pada penyelidikan hasil jangka panjang, keamanan, dan efektivitas mengenai produk tembakau alternatif. Hasil studi tersebut juga dapat dijadikan untuk menyeimbangan opini negatif hingga mendorong inovasi produk bagi pelaku industri.

“Hasil kajian ini penting untuk memvalidasi perbedaan profil risiko dan kegunaan produk tembakau alternatif yang tepat sasaran, khususnya bagi perokok dewasa,” ucapnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Centre for Youth and Population Research Dedek Prayudi, mengatakan, kajian ilmiah tentang produk tembakau alternatif di luar negeri sudah masif dilakukan sehingga dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Dia menganggap penting bagi Indonesia untuk dapat melakukan lebih banyak lagi kajian ilmiah mengenai produk tembakau alternatif secara komprehensif

“Minimnya informasi akurat tentang produk tembakau alternatif semestinya direspons dengan cara melakukan lebih banyak kajian ilmiah dengan melibatkan seluruh pihak, mulai dari pemerintah, akademisi, hingga asosiasi. Selanjutnya, kajian tersebut dapat diadopsi sebagai kebijakan-kebijakan publik untuk mengatasi masalah merokok atau bahaya rokok di Indonesia,” kata Dedek.

 

Via medcom.id

Comments

Comments are closed.