Vapemagz – Pemerintah Inggris akan melarang vape sekali pakai atau disposable pod demi melindungi kesehatan anak-anak di bawah umur.
Kepastian pelarangan tersebut disampaikan langsung oleh Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak saat memenuhi agenda kunjungan ke sekolah pada Senin (29/1/2024).
“Sebagai Perdana Menteri, saya mempunyai kewajiban untuk melakukan apa yang menurut saya merupakan hal yang benar bagi negara kita dalam jangka panjang. Itulah sebabnya saya mengambil tindakan berani untuk melarang vape sekali pakai yang telah mendorong peningkatan vaping di kalangan remaja,” ujar Rishi Sunak, lewat keterangan resminya, dikutip Senin (29/1/2024).
Pemerintah akan mengeluarkan aturan baru dengan adanya pembatasan terkait rasa vape, persyaratan kemasan polos, dan perubahan penampilan vape agar kurang menarik bagi anak muda berusia 15 tahun atau lebih muda.
Kemudian, seluruh toko juga harus menemukan cara agar produk vape tidak terlihat oleh anak-anak. Selain itu, mereka akan dikenakan denda hingga £2.500 atau sekitar Rp50 jutaan jika ketahuan menjual vape kepada anak di bawah umur.
Meski vape dipandang sebagai kunci untuk membantu orang berhenti merokok, namun ada kekhawatiran bahwa vape sekali pakai dapat mendorong kecanduan nikotin di kalangan anak muda. Menurut data pemerintah, 9% anak berusia 11 hingga 15 tahun kini menggunakan vape.
“Dampak jangka panjang dari vaping belum diketahui dan kandungan nikotin di dalamnya bisa sangat membuat ketagihan. Jadi, meskipun vaping bisa menjadi alat yang berguna untuk membantu perokok berhenti, memasarkan vape kepada anak-anak bukanlah hal yang bisa diterima,” jelasnya.
“Bersamaan dengan komitmen kami untuk menghentikan penjualan rokok secara legal kepada anak-anak yang berusia 15 tahun atau lebih muda pada tahun ini, perubahan ini akan meninggalkan warisan abadi dalam melindungi kesehatan anak-anak kita dalam jangka panjang,” lanjut Sunak.
Seperti diberitakan Vapemagz sebelumnya, berdasarkan hasil studi, sebanyak 300 ribu orang usia 18 hingga 24 tahun telah secara rutin menggunakan vape sekali pakai.
Terkait dengan pelarangan vape sekali pakai dari pemerintah, para peneliti menyimpulkan bahwa pencegahan vaping di kalangan remaja yang tidak pernah merokok harus menjadi ‘prioritas kesehatan masyarakat’.
“Meski melarang penggunaan vape sekali pakai mungkin tampak seperti solusi langsung untuk mengurangi vape di kalangan remaja, hal ini bisa menimbulkan konsekuensi besar yang tidak diinginkan bagi perokok,” terang Penulis utama penelitian, Dr Sarah Jackson dari University College London (UCL).
“Jika terjadi pelarangan, penting untuk mendorong perokok aktif dan mantan perokok yang menggunakan rokok elektrik sekali pakai untuk beralih ke jenis rokok elektrik lain daripada kembali hanya merokok tembakau,” tambah Jackson.
Comments