Permintaan Tembakau Iris Meningkat di Tengah Mewabahnya Virus Korona

By Vapemagz | News | Sabtu, 28 Maret 2020

Produsen tembakau iris PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) menuai dampak positif dari persebaran virus korona (coronavirus atau COVID-19) di Indonesia. Direktur Utama ITIC Djonny Saksono mengungkapkan, sejak virus korona merebak di Indonesia permintaan tembakau iris Indonesia Tobacco dari pasar lokal justru meningkat 20-25 persen dibanding kondisi normal.

Menurut Djonny merebaknya virus korona membuat perekonomian melambat sehingga berpengaruh ke pendapatan masyarakat terutama yang berada di tingkat ekonomi lemah. “Hal ini diperparah dengan harga-harga rokok yang sudah naik banyak. Jadi, konsumen harus turun kelas dengan beralih ke produk rokok maupun tembakau yang murah,” kata Djonny.

Di samping itu kebijakan social distancing,seperti penerapan sistem kerja dari rumah (work from home) maupun lockdown membuat sebagian orang suntuk dan bosan. “Yang suka makan ya makannya jadi tambah banyak tapi yang suka merokok ya merokoknya jadi tambah banyak,” kata Djonny.

Peningkatan permintaan tembakau iris bukan hanya datang dari wilayah yang banyak terdapat kasus korona, tetapi dari seluruh daerah pemasaran Indonesian Tobacco di dalam negeri. Pasalnya penyebaran korona di Indonesia dan belahan dunia lainnya membuat ekonomi global tersendat sehingga harga jual komoditas tambang dan perkebunan ikut jatuh.

Bisnis/Dedi Gunawan
Direktur Utama PT Indonesian Tobacco Tbk, Djonny Saksono (kanan).

Adapun wilayah utama pemasaran ITIC merupakan daerah-daerah yang perekonomiannya disokong oleh sektor-sektor tersebut seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Papua yang menjadi ersebut. Di Sulawesi, distribusi terbesar ITIC meliputi Gorontalo dan Manado. Kemudian di Nusa Tenggara Timur ITIC telah menjangkau Kupang, Waingapu, Maumere, dan Atambua.

ITIC mengklaim hampir menguasai 100 persen pasar di Papua. Produk Indonesian Tobacco juga telah dipasarkan secara luas di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Jambi, Pekanbaru, Jawa Tengah, dan di sekitar Malang. Untuk memenuhi kenaikan permintaan ini Indonesian Tobacco saat ini menggunakan kapasitas produksi secara penuh. “Dalam sehari ITIC dapat menghasilkan 10 ton tembakau iris. Stok barang jadi habis semua,” kata Djonny.

Meskipun memperoleh kenaikan permintaan, Djonny belum memutuskan untuk merevisi proyeksi pertumbuhan pendapatan ITIC tahun 2020 yang ditargetkan minimal 20 persen. “Kami perlu lihat situasi dan kondisi pada bulan April dan Mei mendatang,” ucapnya.

Apabila wabah korona di Indonesia belum mereda hingga dua bulan ke depan, Djonny menilai maka omzet ITIC dari pasar-pasar yang sudah ada saat ini dapat bertambah dengan pesat. Dengan begitu pertumbuhan pendapatan tahun ini bisa lebih dari 20 persen.

(Via Kontan)

Comments

Comments are closed.