Permintaan rokok di AS turun 11,3 persen dari tahun ke tahun. Laporan tersebut mencantumkan total volume nikotin turun 9,4 persen untuk periode yang sama.
Pada awal bulan pandemi Covid-19, perokok AS meningkatkan pembelian rokok mereka sebagai tanggapan atas lockdown dan perintah untuk bekerja di rumah. Namun, seiring berlangsungnya pandemi, volume rokok tiap produsen tembakau mengalami penurunan.
Volume rokok Philip Morris USA turun 9,5 persen dari tahun ke tahun, sementara Reynolds mengalami penurunan 9,2 persen secara keseluruhan dan ITG Brands turun 6,3 persen.
Sebagai bentuk mengimbangi penurunan volume rokok, baru-baru ini produsen tembakau akan melakukan serangkaian kenaikan daftar harga per bungkus dalam beberapa bulan terakhir.
Misal seperti R.J. Reynolds Tobacco Co. menaikkan harga jual beberapa merek rokoknya sebesar USD 0,14 (Rp 2.024) per bungkus mulai 5 Juli, menurut laporan analis di Goldman Sachs, Bonnie Herzog.
Tak hanya rokok yang mengalami penurunan penjualan, vape juga mengalami penurunan penjualan hingga 4,9 persen. Sejak Februari 2020, Food and Drug Administration (FDA) AS menerapkan aturan baru untuk produk tembakau alternatif.
FDA memaksa para produsen vape berbasis cartridge untuk berhenti membuat, mendistribusikan, dan menjual rasa yang dilarang paling lambat 6 Februari.
Comments