Selama 10 bulan terakhir, penjualan rokok elektrik di toserba AS merosot. Menurut data Nielsen, penjualan rokok elektrik turun 3,5 persen selama empat minggu yang berakhir pada 25 Desember. Sektor ini, sebagian besar terdiri dari toserba, karena Nielsen tidak melacak penjualan di toko vape. Hal ini diperkirakan sejak Food dan Drug Administration (FDA) AS akan menerapkan peraturan baru pada 6 Februari.
Secara keseluruhan, pertumbuhan volume penjualan rokok elektrik terus menurun sejak laporan Nielsen tanggal 10 Agustus 2019. Pembatasan terbaru dari FDA yakni mengharuskan produsen rokok elektrik berbasis kartrid untuk berhenti produksi, mendistribusikan, dan menjual “perasa belum resmi” sebelum 6 Februari.
Penjualan produk terlaris Juul telah turun dari angka 50,2 persen pada 10 Agustus 2019, dilaporkan turun 15,6 persen untuk laporan terbaru. Sebagai perbandingan, Reynolds ‘Vuse naik 87,3 persen dalam laporan terbaru dan NJoy turun 31,5 persen.
Pangsa pasar Juul turun dari 54,3 persen pada laporan sebelumnya menjadi 53,8 persen. Pangsa pasar Vuse merosot dari 28,5 persen menjadi 28,1 persen, sementara No. 3 NJoy tidak berubah pada angka 5 persen, dan blu eCigs Fontem Ventures tidak berubah pada 3,6 persen.
Analis Goldman Sachs Bonnie Herzog telah memperingatkan dalam laporan bulanannya dalam beberapa bulan terakhir bahwa telah terjadi peningkatan permintaan konsumen untuk rokok tembakau dengan harga lebih rendah selama pandemi.
Herzog menyebut tren tersebut sebagai “downtrading” dari banyak merek ternama. Tren itu dapat diimbangi dengan pembayaran stimulus federal USD 600 atau sekitar Rp 8,5 juta yang dijadwalkan untuk sebagian besar orang Amerika.
(Via Winston-Salem Journal)
Comments