Peneliti Bantah Klaim Bahwa Vaping Dapat Merusak DNA

By Vape Magz | News | Jumat, 24 Desember 2021

Sebuah tim penelitian baru-baru ini yang dipimpin oleh dr. Ahmad Besaratinia, seorang dosen di USC Keck School of Medicine, yang diterbitkan dalam Nature’s Scientific Reports mengklaim bahwa vaping yang ekstensif menyebabkan kerusakan DNA.

“Studi kami, untuk pertama kalinya, menyelidiki efek biologis vaping pada pengguna dewasa, sekaligus memperhitungkan paparan merokok mereka di masa lalu,” kata Besaratinia dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh the Keck School of Medicine baru-baru ini.

“Data kami menunjukkan bahwa vaping, seperti halnya merokok, memiliki kaitan dengan disregulasi gen mitokondria dan gangguan jalur molekuler yang terlibat dalam kekebalan dan respons peradangan, yang mengatur kesehatan versus keadaan penyakit,” lanjutnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Besaratinia tersebut rupanya disanggah oleh beberapa peneliti dari berbagai negara. Seperti halnya yang dikatakan oleh Drs. Konstantinos Farsalinos dan Caitlin Notley dalam artikelnya yang telah terbit di The Conversation. Farsalinos dan Notley membantah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Besaratinia terkait vaping menyebabkan kerusakan DNA. Farsalinos dan Notley mengklaim kajian tersebut cacat dan menghasilkan banyak laporan berita yang sensasional.

“Studi ini merekrut sejumlah kecil orang yang tidak mewakili populasi yang besar,” ucap Farsalinos dan Notley dalam artikelnya.

“Dan itu tidak mempertimbangkan kebiasaan gaya hidup lain yang dapat mempengaruhi pengukuran tadi, seperti penggunaan alkohol.” tambahnya.

Farsalinos dan Notley sendiri merupakan peneliti yang diakui dalam bidang pengurangan dampak buruk tembakau. Keduanya juga menganjurkan untuk menerapkan produk yang mengurangi risiko untuk mengurangi ketergantungan terhadap nikotin di antara individu yang ingin berhenti merokok. Farsalinos adalah seorang peneliti dan dokter medis di University of Patras dan University of West Attica di Yunani. Sedangkan Notley adalah dosen senior dan ilmuwan sosial di University of East Anglia di Inggris.

“Melaporkan berita utama sensasional kepada publik berdasarkan studi kompleks yang pada kenyataannya tidak menunjukkan bahaya di dunia nyata merupakan hal yang tidak bertanggung jawab. Terutama dibandingkan dengan bahaya besar merokok tembakau bagi kesehatan,” tegas Farsalinos dan Notley dalam artikelnya.

 

(Via vapeast.com)

Comments

Comments are closed.