Semakin meningkatnya popularitas rokok elektrik di kalangan masyarakat merupakan hal positif bagi kesehatan. Pasalnya, beberapa penelitian menunjukkan rokok elektrik lebih aman ketimbang rokok konvensional dalam hal kesehatan. Peneliti sekaligus Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, Dr Satriya Wibawa Suhardjo mengungkapkan seharusnya lebih banyak perokok perlu beralih ke produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko.
Menurutnya, saat ini ada sekitar satu juta pengguna produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik atau vape di Indonesia. Jumlah ini masih sangat kecil apabila dibandingkan dengan jumlah perokok. Salah satu faktor penting untuk membantu orang beralih, kata Dr. Satriya, adalah sebuah kerangka peraturan yang tepat.
“Pilihan yang paling baik bagi perokok utamanya adalah berhenti. Namun tidak semua perokok dapat berhenti secara langsung. Vape dan produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar dapat menjadi alternatif yang dapat membantu perokok untuk berhenti secara perlahan dengan risiko kesehatan yang lebih rendah dibandingkan rokok,” jelasnya.
Lebih lanjut Dr Satriya mengatakan bahwa legalitas produk tembakau alternatif oleh pemerintah melalui penetapan harga cukai merupakan kemajuan yang baik. Namun, ke depannya masih diperlukan regulasi lebih lanjut agar potensi pada produk ini dapat teraplikasikan secara maksimal.
“Produk tembakau alternatif memerlukan kerangka kebijakan yang tepat dan menyeluruh. Seperti peringatan kesehatan yang berbeda untuk memperlihatkan perbedaan dalam risiko kesehatan sehingga orang tidak akan disesatkan untuk berpikir bahwa semua produk tembakau memiliki risiko yang sama,” ujarnya.
Beberapa kebijakan lainnya antara lain perlakuan pajak yang berbeda untuk mendorong perokok beralih ke produk alternatif, serta lingkup komunikasi yang lebih besar. Dengan demikian, konsumen dapat dididik tentang manfaat potensial dari produk ini dibandingkan dengan rokok, dan dapat membuat keputusan berdasarkan informasi untuk kesehatan mereka sendiri.
Dr. Satriya menambahkan, ia juga berharap pemerintah dapat membuat peraturan yang mendorong penelitian lokal. “Semakin banyak informasi tentang produk tembakau alternatif, maka semakin banyak hal yang dapat mendorong perokok untuk beralih. Semua informasi harus didasarkan pada penelitian yang terbukti secara ilmiah,” ujarnya.
Pembina Asosiasi Vapers Indonesia (AVI), Dimasz Jeremia menambahkan banyak pengguna vape memandang produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko kesehatan sebagai pilihan yang lebih baik. “Bagaimanapun untuk dapat berhenti, perokok memerlukan bantuan serta proses yang berjangka, tidak bisa dilakukan secara instan,” ujarnya.
Pria yang juga menjadi anggota Koalisi Indonesia Bebas Tar (KABAR) ini mengungkapkan tidak sedikit konsumen yang akhirnya berhasil berhenti secara total setelah perlahan mengurangi kebiasaan merokok dengan beralih ke produk tembakau alternatif. Untuk itu, Dimasz berharap pemerintah dapat mempertimbangankan kepentingan kami dengan melihat masalah ini dari perspektif pengguna.
“Sebagai pengguna, kami telah merasakan langsung manfaat produk ini. Dengan demikian, pemerintah dapat merumuskan kebijakan yang tepat sehingga kami merasa punya payung perlindungan terhadap akses ke produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko,” kata Dimasz.
(Via Republika)
Comments