Para Karyawan JUUL Kesulitan Berhenti Vaping Saat Bekerja

By Vapemagz | News | Kamis, 2 Januari 2020

Siapa yang mengira perusahaan yang mengembangkan produk nikotin yang sangat adiktif akan mengalami kesulitan mencegah karyawannya sendiri menggunakannya di tempat kerja? Seperti dilaporkan Wall Street Journal dikutip dari Gizmodo, meskipun ada permintaan dari manajemen JUUL dan ancaman pemotongan bonus hingga pemecatan bila vaping di tempat kerja, praktik ini terus tidak terkendali di antara beberapa karyawan Juul.

Menurut Journal, karyawan JUUL vaping di ruang dalam ruangan seperti di meja dan di lorong mereka serta di hadapan pekerja lain, seperti saat rapat. Salah satu alasan mengapa karyawan JUUL menolak permintaan manajemen adalah karena tidak adanya ruang khusus untuk vaping, seperti yang telah dijanjikan sebelumnya.

Journal itu melaporkan tahun lalu bahwa pada saat mantan CEO JUUL, Kevin Burns mengirim email kepada karyawan yang memberi tahu mereka tentang larangan tempat kerja mengenai vaping, ia juga memberi tahu karyawan bahwa sebuah ruang khusus akan dibangun untuk menampung vapers di kantor pusat perusahaan berbasis di San Francisco itu.

Tetapi hingga saat ini belum ada ruangan itu yang terwujud hingga lebih dari setahun kemudian. Seorang juru bicara JUUL menolak untuk mengomentari rencana ruangan itu, tetapi menyatakan bahwa perusahaan berkomitmen untuk mempertahankan tempat kerja yang bebas asap dan vape sesuai dengan undang-undang negara bagian dan lokal.

Setelah email Burns dikirim tahun lalu, dan akhirnya Burns juga sudah mengundurkan diri pada September 2019, karyawan JUUL dilaporkan terus melakukan vaping di ruang kerja.

Getty Images
JUUL menjadi produk rokok elektrik paling favorit di Amerika Serikat.

“Kebijakan kami melarang keras vaping di fasilitas gedung di AS, di mana hukum yang berlaku atau perjanjian sewa tidak mengizinkan vaping. Kami menanggapi komitmen ini dengan sangat serius dan mengambil tindakan yang sesuai terhadap pelanggaran,” kata juru bicara JUUL kepada Gizmodo dalam sebuah pernyataan melalui email.

JUUL telah melihat penurunan tajam dari dukungan publik kepada produk mereka pada tahun lalu, setelah maraknya penggunaan produk di kalangan kaum muda. Untuk memenangi hati publik, JUUL berkomitmen dengan melobi anggota parlemen tahun ini untuk meningkatkan pembatasan usia pada merokok, vaping, dan produk tembakau lainnya menjadi 21.

Di bawah tekanan dari regulator dan departemen kesehatan masyarakat, JUUL menarik semua produk rasa buahnya dari penjualan, pertama dari toko, dan kemudian dari toko online sendiri. Bahkan iPhone telah terkena dampaknya. Apple bulan lalu melarang semua aplikasi terkait vaping dari App Store-nya.

Baru-baru ini, perusahaan dikabarkan memberhentikan 650 orang sebagai bagian dari pemotongan biaya operasional perusahaan.

(Via Gizmodo)

Comments

Comments are closed.