Pandemi Covid-19, Jumlah Perokok Elektrik di Indonesia Justru Alami Peningkatan

By Vape Magz | News | Rabu, 30 Maret 2022

 

Ilustrasi wanita menggunakan rokok elektrik (sumber : www.pexels.com)

Vapemagz – Konsumsi rokok konvensional dan rokok elektrik tidak berkurang di tengah pandemi, tak hanya di kalangan orang dewasa saja tetapi juga para remaja. Terlebih lagi, hadirnya produk elektrik membuat perokok di Indonesia naik secara signifikan.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI, Tulus Abadi pada agenda online Vape Tricks Indonesia bertajuk : Jerat Rokok Elektrik di Media Sosial pada Anak Muda, Rabu (30/3/2022).

“Ketika selama pandemi itu, aktivitas merokok 52,2 persen tidak berkurang, jadi tetap ngebul. Tetapi, yang lebih lagi, 15,2 persen meningkat,” ujar Tulus dalam paparannya.

Tulus menerangkan, data tersebut didapat melalui Komnas Pengendalian Tembakau di 2020. Selain angka-angka tersebut, pandemi beserta dampaknya tidak mempengaruhi para responden untuk berhenti dari kebiasaan merokok mereka, malahan jumlah perokok elektrik meningkat.

“Mirisnya, perokok Indonesia yang berusia muda, 10 hingga 18 tahun, juga ikut meningkat. Permasalahan ini ditunjukkan oleh data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang menunjukkan peningkatan prevalensi merokok anak usia 10 tahun,” jelasnya.

Aktivitas Merokok tingkatkan risiko terjangkit Covid-19 ?

Sayangnya, Tulus juga menemukan bahwa adanya relasi dari peningkatan kasus COVID-19 dengan peningkatan perokok di suatu daerah.

 

Animasi Covid-19 (Sumber: www.pexels.com)

“Data yang ada menunjukkan jumlah perokok tembakau dengan jumlah kasus COVID itu berkelindan. Jadi, kalau jumlah perokoknya tinggi di satu daerah, itu tren COVID-nya juga tinggi. Nah ini, baik rokok konvensional maupun rokok elektrik diiringi dengan tingginya kasus COVID-19,” tutur Tulus.

Menurutnya, temuan ini juga didukung oleh sebuah studi dari Universitas Stanford di tahun 2020. Studi ini mempelajari 4.000 remaja di rentang umur 12-24 yang menunjukkan bahwa remaja yang merupakan perokok elektronik memiliki potensi 5 kali lebih rentan untuk terjangkit COVID-19.

Kendati begitu, tidak hanya rokok elektronik saja, Tulus menegaskan, perokok konvensional mempunyai risiko lebih besar yakni 7 kali lebih rentan terjangkit COVID-19.

“Ini [Studi Universitas Stanford] bukti bahwa antara COVID dengan rokok konvensional, COVID dengan rokok elektrik, itu sangat berkelanjutan terkait dengan efek atau dampak yang ditimbulkan,” tutupnya.

Comments

Comments are closed.