Munas NU Rekomendasikan Produk Tembakau Alternatif

By Reiner Rachmat | News | Senin, 4 Maret 2019

Pada Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas-Konbes NU) 2019, Komisis Rekomendasi Nahdlatul Ulama sepakat untuk merekomendasikan produk tembakau alternatif sebagai pengganti rokok konvensional. Hal ini disepakati dikarenakan masih banyak warga NU yang masih bergantung kepada produk tembakau, baik yang merokok ataupun yang bergantung kepada pengolahan produk tembakau.

Ketua Komisi Rekomendasi NU, Rumadi Ahmad mengemukakan bahwa hal ini adalah sebagai salah satu bentuk dukungan kepada pemerintah yang saat ini juga sedang berusaha lebih meregulasi produk tembakau. Rumadi mengatakan bahwa industri tembakau cukup banyak mendatangkan pendapatan bagi negara dan bahkan beberapa perusahaan tembakau besar juga menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar utama mereka. Namun Rumadi juga mengingatkan tentang dampak kesehatan yang dapat diakibatkan oleh produk tembakau, terutama rokok. Maka dari itu, Rumadi mengungkap bahwa perlu ada jalan tengah agar industri tembakau masih dapat berjalan namun bagi para penggunanya juga tetap aman, salah satunya adalah dengan mendorong produk tembakau alternatif.

(NU Online) Ketua Komisi Rekomendasi NU, Rumadi Ahmad menyayangkan sikap para pemangku kepentingan di industri tembakau mengenai keberadaan produk tembakau alternatif. Sedangkan pemerintah sendiri juga dinilai belum cukup terbuka untuk mengembangkan industri produk tembakau alternatif.

Rumadi yang juga Ketua Pengurus Pusat Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia NU (Lakpesdam NU) juga mengatakan bahwa berbagai penelitian sudah telah membuktikan bahwa bahaya yang ditimbulkan oleh rokok adalah racun yang muncul akibat pembakaran dari tembakau. Sebaliknya, produk tembakau tanpa pembakaran dan produk nikotin murni memiliki resiko bahaya yang jauh lebih rendah meskipun keduanya sama-sama berpotensi untuk menyebabkan adiksi. Ketua Komisi Rekomendasi NU tersebut juga memberi contoh negara-negara maju seperti Jepang, AS dan Inggris telah lama menekankan tentang pentingnya membantu para perokok di negara mereka yang sulit berhenti merokok untuk beralih ke produk alternatif yang lebih baik.

Rumadi menyayangkan sikap para pemangku kepentingan di industri tembakau mengenai keberadaan produk tembakau alternatif. Sedangkan pemerintah sendiri juga dinilai belum cukup terbuka untuk mengembangkan industri produk tembakau alternatif. Padahal, sejak tahun 2010, produk tembakau alternatif telah banyak digunakan, salah satunya adalah produk vaping yang kini juga sudah menjadi sebuah industri yang berkembang dengan pesat. “Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan, seringkali menganggap sama saja antara produk tembakau yang dibakar dan tidak dibakar tanpa didasarkan pada riset yang memadai,” tutup Rumadi.

(via Nahdlatul Ulama Online)

Comments

Comments are closed.