Industri vaping AS semakin memanas dan sudah beberapa kali berita utama media. Hal ini karena pemerintah belum memberikan kebijakan yang bisa menguntungkan tak hanya bagi pedagang maupun perokok yang ingin beralih dari kebiasaan lamanya. Michelle Minton dari senior Competitive Enterprise Institute (CEI) ikut bereaksi mengenai kebijakan Food and Drug Administration (FDA).
Aksi Minton pertama mencuat ke media lantaran dirinya pernah menolak bahwa perangkat vaping dan likuid masuk dalam kategori produk tembakau, yang pada dasarnya perangkat ini pada dasarnya bebas tembakau. Dan dia juga menolak beberapa penelitian yang mendukung klaim Gottlieb tentang epidemi remaja.
Studi yang menunjukkan penggunaan rokok elektrik di kalangan remaja meningkat antara 2017 dan 2018, National Youth Tobacco Survey CDC, adalah survei yang hanya menangkap penggunaan apa pun dalam 30 hari terakhir. Survei ini dinilai meragukan, karena kemungkinan hanya mencangkup pengguna biasa, atau lebih bisa dikatakan eksperimen belaka (contoh satu hisapan dari perangkat vape teman di pesta), tidak bisa dikatakan sebagai pengguna tetap.
Dalam perolehan data survei ini, tim memisahkan orang dewasa berusia 18 tahun, siswa yang menggunakan produk tembakau lainnya, dan pengguna vaping tetap. Survei ini sebenarnya hanya menemukan 0,6 persen siswa sekolah menengah yang secara teratur vaping (sekitar 95.000 anak). Walau kondisi memprihatinkan, tetap saja belum termasuk dalam kategori “epidemi.” Namun, FDA menggambarkan masalah itu kepada publik dengan cara yang mengerikan.
Jika Sharpless terus mendukung, mempromosikan, dan memperkuat taktik “ketakutan” dari pendahulunya, dia juga akan berakhir lebih buruk. Bila memang industri vaping ingin dikeluarkan dari tempatnya atau bahkan lebih parah dibatasi oleh cengkraman FDA, jutaan kematian baru terkait merokok akan terus terjadi, karena perokok dewasa menjadi terlalu takut untuk beralih ke vaping.
(Via Vapes)
Comments