Mengulas AOV, Program Yang Bertujuan Untuk Mengedukasi Vapers Soal MTL   

By Vape Magz | Interviews | Sabtu, 11 Juni 2022

Program Academy Of Vape (AOV) yang baru saja digelar di Jakarta Vapor Shop (JVS), Jakarta Selatan, Jumat (3/6/2022)

Vapemagz – Program Academy Of Vape (AOV) baru saja dihelat  pada (3/6/2022) di Jakarta Vapor Shop (JVS), Jakarta Selatan untuk memberikan edukasi lebih mendalam mengenai vaping style Mouth To Lung (MTL) secara komprehensif. Program yang merupakan kolaborasi dari komunitas MTL, Jakarta Vapor Shop (JVS) Group, dan brand liquid ternama yakni Hanso dan Jago mempunyai tujuan untuk mengajak vapers untuk beralih dari vaping style Direct To Lung (DTL) ke Mouth To Lung (MTL).

Melalui program AOV, vapers nantinya akan diberikan pelatihan mengenai coiling yang baik dan pengetahuan soal liquid yang cocok dari segi rasio Propyl Glycol (PG) dan Vegetable Glycerin (VG) pada metode MTL. Sebab, hal ini bertujuan agar asupan nikotin dapat tersalurkan dengan baik, sehingga dapat melupakan kebiasaan merokok yang notabeneya mempunyai metode yang sama seperti MTL.

Seperti apa pembahasan lebih mendalamnya ? Yuk kita ulas langsung dari salah satu founder Academy Of Vape yakni Anno Winarno, lewat sesi tanya-jawab di rubrik The Vapers kali ini.

Salah satu founder Academy Of Vape (AOV), Anno Winarno (Sumber foto : Istimewa)

Bisa dijelaskan soal Academy Of Vape (AOV) yang programnya baru saja dihelat ?

Ya, Jadi Academy Of Vape (AOV) itu merupakan wadah yang tercipta dari diskusi bersama teman-teman, awalnya sih sama brand Hanso dan Jago. kebetulan kami sedang duduk ngebahas AOV ini. Dimana inti movement-nya adalah membentuk sebuah media yang dapat memberikan informasi yang benar mengenai metode MTL di Indonesia.

Nah, MTL adalah gaya hisap. Kenapa kita budayakan MTL ? karena MTL  sangat efektif untuk men-delivery konsumsi nikotin buat vapers. Terutama vapers yang baru beralih dari rokok konvensional. Sehingga kebutuhan nikotin si mantan perokok dapat terpenuhi dengan baik. Selain itu tujuan utama dari MTL ini adalah mendapatkan sensasi seperti merokok konvesional. Sehingga, kita harapkan dengan metode MTL ini banyak perokok yang beralih ke vape, dan tidak Kembali lagi.

Sejak kapan ide AOV ini dibuat?

AOV dibuat pada tiga bulan yang lalu, dengan bertahap. Pertama kita buat grup Facebook-nya, lalu ada Instagram-nya, kemudian nanti ada channel youtube-nya juga.

Rencananya, Program ini kedepannya akan berlanjut, agak panjang nanti, karena ada beberapa kota yang kita kunjungi. Tujuannya, yaitu untuk mengedukasikan dan mengembangkan MTL di Indonesia. Sehingga dapat memberikan semangat kepada merk lain yang sevisi untuk memperpaiki kualitas Vapers Indonesia.

Kalau diamati, banyak komunitas yang juga bergabung dalam AOV, bisa disebutkan komunitas tersebut dari mana aja ?

Lumayan banyak ya mas, karena memang Ada beberapa chapter MTL dari sekitar Jakarta, ada dari Bekasi dan Tangerang. Selain itu, masih ada lagi beberapa chapter lainnya dari teman-teman yang tertarik pada program MTL ini.

Lalu, Bagaimana dengan liquid terbaru yang merupakan kolaborasi dari Swtch, Jago dan Hanso ? Apakah mendukung vaping style MTL ? Mengingat rasio PG VG-nya 50:50 ?

Berdasarkan experience saya mengenai liquid ADV baik dari Butterscotch Cannoli dan Black Straw sangat mendukung MTL, karena saat saya mencoba pada resistensi 1.0 ohm di kandungan nikotin 6MG citarasa yang dihasilkan sangat luar biasa sekali dan memang saat dicoba, flavor yang dirasakan tidak terlalu manis, sehingga sangat pas untuk pencinta MTL.

Tetapi terlepas dari itu, jangan mengidentikan AOV dengan brand Hanso dan Jago. Karena kedepannya, kita akan merangkul semua brand yang mau bareng untuk bekerja dengan satu syarat kita sevisi.

Pelatihan coiling pada prograM Academy Of Vape (Sumber Foto : Pribadi)

AOV  juga memberikan pelatihan soal coiling , seperti apa sih pelatihannya ?

Jadi pada dasarnya, kita melatih teman-teman untuk mengulik secara optimal. Sehingga kinerja automizer-nya dapat dirasakan dengan baik. Sekaligus memberikan pelatihan kepada Vaporista. Karena hal ini berangkat dari keprihatinan kita saat jalan-jalan  ke  vape store, ada beberapa toko yang menetapkan Vaporistanya yang kita anggap masih kurang skill-nya dalam hal menerangkan ke customer soal produk dan coiling yang tepat.

Makanya disini, ada Vaporisata yang kita didik, karena mereka itu sebenarnya adalah ujung tombak kita ke konsumen. Saya juga lihat dibeberapa vape store masih ada Vaporista yang   memperlakukan semua jenis Atomizer-nya itu sama, padahal seharusnya berbeda.

Hal ini lah yang perlu kita tekankan kepada mereka, seperti contoh ada beberapa  saat di built dengan resisten yang sama, dikasih liquid yang sama dan dan level nikotinnya yang sama. Lalu kita suruh mereka coba dan ketika dicoba, mereka merasa kurang, baru kita arahkan mengenai konstruksi Atomizer-nya begini loh, harusnya tingginya segini, model coil-nya begini, pemanfaatan dalam memainkan airflow-nya seperti ini.

Apakah ada acuan soal  setingan MTL terbaik itu seperti apa? Rekomendasinya seperti apa?

Bicara terbaik, sebenarnya  tidak ada acuan, karena yang terbaik menurut kita belum tentu terbaik bagi orang lain. Intinya, MTL ini kan mengajak kita untuk mengeksplore. Jadi tidak ada pakem tertentu untuk settingan-nya. Yang terpenting adalah tanamkan di mindset bahwa MTL ini Cuma style vape.

Berarti dengan diberikan pelatihan, program AOV ini tetap berpacu pada style MTL ?

Benar (mengacu pada style MTL), karena kita berusaha membuat vapers mandiri, terlebih banyak yang sudah nge vape 1-2 tahun ganti kapas aja masih dibantu oleh orang lain. Kenapa begitu? Karena industri vape ini memaksa kita memang ke arah situ.

Apalagi sekarang sedang marak device Pod ya, sehingga ini yang membuat vaper baru itu gak punya skill dalam coiling, karena terpatok dengan satu setingan pabrik, Karena setingan pabrik yang sudah default coil-nya terkadang belum tentu cocok dengan karakternya si vaper-nya,

Makanya kita mengajak mereka untuk meng-eksplore, yakni memaksimalkan kinerjanya lah dalam coiling. Jadi disitu dikasih kisi-kisi, kalau kamu tidak terlalu suka dengan karakter ini, bisa gunakan airflow segini.. Untuk bisa mengatur tinggi coilnya ditambah sedikit supaya agak nge-flow tetapi tidak terlalu padat, karena sebenarnya kita ngejar sensasi seperti ngerokok.

Jika dibandingkan dengan MTL, berarti cita rasa yang dihasilkan dari flavor liquid-nya tidak se-bold di DTL?

Memang kalau diakui, vaping style di MTL ini dari karakter flavor-nya tidak setebal di DTL ya, karena sebenarnya fokus di MTL itu delivery nicotin, yaitu bagaimana memenuhi asupan nikotinnya supaya puas.

Menurut pandangan mas, apakah vaping style di DTL ini semakin lama banyak yang meninggalkan  ?

Di 2-3 tahun terakhir kecenderungan yg beralih ke MTL ini sebenarnya sudah cukup banyak lah, tetapi kita merasa masih belum puas. Karena sebagian yang pindah ke MTL masih ada yg belum teredukasi, jadi hanya langsung pindah aja. Bahkan ada yg mengeluh loh kok begini ya flavor yang didapatkan ? Karena faktanya ketika vapers mencoba vaping style ini, mereka menyimpulkan bahwa  kalau pake MTL itu tak se-bold main di DTL.

Selain itu, kita tahu, ketika di DTL lewat resistennya yang rendah membuat produksi uapnya banyak, makannya lebih rame rasanya.

Sesi foto bersama komuitas Mouth To Lung (MTL) pada program Academy Of Vape (Sumber foto : Pribadi)

Bagaimana testimoni dari vapers kebanyakan yang dulunya pakai DTL kemudian pindah pakai MTL ? Apa yang mereka rasakan ?

Berdasarkan pengalaman, biasanya dalam system DTL yang dirasakan memang kebutuhan asupan nikotin itu kurang terpenuhi, karena di DTL itu resistennya rendah, selain itu kita dipaksa menggunakan liquid yang nikotinnya rendah. Sementara untuk meninggalkan rokok, kita butuh asupan nikotin yg lebih agar kita bisa melupakan rokok.

Ketika mereka beralih ke MTL, biasanya flavor yang dirasakan itu lebih cocok dengan style mereka saat merokok, karena flavor yang dirasakan tidak terlalu menonjol ketimbang DTL yang notabenenya flavor yang dirasakan terlalu manis. Selain itu, lewat MTL, biasanya asupan nikotin si vapers ini terpenuhi, karena terserap dengan baik oleh karakter liquid MTL yang encer, mengingat rasionya 50:50 pada PG VG-nya.

Masih seputar liquid, sebenarnya berapa rasio persentase PG-VG yang direkomendasikan dalam  vaping style MTL ini ?

Balik lagi ke MTL, Saya tekankan sebenarnya tidak ada pakem resmi untuk rasio PG VG-nya, karena ini Cuma style dalam vaping. Cuma untuk meng-efektifkan style ini ada sarana pendukung yang perlu kita harus perhatikan. Pertama automizer-nya, jenis pilihan liquidnya komposisi berapa, nikotinnya. Tapi balik ini lagi ke personal pribadinya, bisa menerima throat hit pada liquid nikotin berapa. Tapi kita hanya bisa mengefektifkan style Vape ini, agar para Vapers bisa melupakan rokok konvensional.

Selain concern dalam  menyebarkan MTL style, apalagi tujuan yang akan dikejar oleh AOV ini kedepannya ?

Jadi salah satu poin penting lainnya dari AOV ini yaitu mengangkat brand local dan mengenalkan ke ranah dunia melalui forum internasional , dengan harapan supaya semua brand lokal juga tembus ke pasar global lewat AOV ini. Tetapi makanya itu, kita harus punya standar kualitas yang tinggi agar kita bisa bertarung di pasar global.

Terlepas dari perbincangan diatas, mau roadshow ke kota mana  saja di AOV ini?

Hasil meeting kita kemarin ini, ada hampir 10 kota yang sudah masuk list. Cuma sejauh ini belum bisa kita publish karena kita harus merangkul terlebih dahulu. Maksudnya ketika kita mau ke Kota B, vape store siapa yang mau  bekerja sama dengan kita dan brand mana  yang mau bekerja sama dgn kita.

Harapan dari AOV ini kedepannya seperti apa ?

Poin harapannya AOV itu meningkatkan standar vapers nasional, maksudnya bisa mengulik sendiri. Bisa mandiri. Apalagi kita libatkan semua pegawai2 toko yg merupakan ujung tombak kita dalam industry vape.

Comments

Comments are closed.