Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) menyatakan pabrikan e-liquid saat ini sedang dihadapkan oleh potensi kelangkaan bahan baku. Sekretaris Umum APVI Garindra Kartasasmita mengatakan sebagian negara pemasok seperti China sempat menghentikan produksi lantaran merebaknya wabah virus korona (coronavirus atau COVID-19) di negara tersebut.
“Sebenarnya pabrikan di China sudah mulai produksi lagi tapi pengiriman nikotin dari China terlambat. Essence juga kemungkinan besar akan terhambat ke depannya mengingat pandemi COVID-19 semakin kuat di Amerika Serikat,” kata Garindra.
Menurutnya saat ini ketersediaan bahan baku di gudang industri sampai saat ini masih aman. Namun jika pandemi ini tidak bisa segera teratasi, industri ini akan terancam untuk menghadapi kelangkaan bahan baku. E-liquid sendiri memiliki lima komponen bahan baku yang semuanya masih bergantung pada impor yakni propylene glycol (PG), vegetable glycerin (VG), nikotin murni, essence dan natrium benzoat.
Garindra menyatakan pihaknya telah mengarahkan pabrikan untuk mengalihkan serapan e-liquid dari peritel tradisional ke pasar daring. Saat ini APVI sedang menggodok standar operasi penjualan e-liquid di pasar daring.
Industri likuid nasional sendiri sebenarnya sedang mengalami tren peningkatan sebelum adanya wabah virus korona ini. Garindra mengatakan pabrikan likuid vape tahun lalu telah memproduksi 40 juta botol atau naik sekitar 100 persen dari realisasi akhir 2018 yakni sekitar 20 juta botol. Garindra menargetkan produksi likuid vape bisa naik menjadi 50 juta botol dengan pembayaran cukai lebih dari Rp1 triliun.
“Kami yakin produksi botol tahun ini akan lebih dari target. Tapi untuk sementara target cukai kami sebesar itu. Pasar sebenarnya tidak jenuh justru sangat berkembang baik,” ucapnya. Secara komposisi likuid vape tersebut tetap didominasi oleh cairan basis bebas (free base) yakni sekitar 60 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan tengah 2019 yakni di level 50 persen.
Comments