Menyewa seorang influencer atau para pengguna sosial media yang memiliki lebih dari 10.000 pengikut sudah menjadi hal lumrah sebagai metode pemasaran zaman kini. Hal itu juga dilakukan dalam mempromosikan produk-produk vaping. Seperti yang dilakukan British American Tobacco (BAT) di Selandia Baru, yang menyewa beberapa influencer lokal untuk mempromosikan produk vaping mereka, Vype.
Salah satunya adalah Annabel Liddell. Mahasiswi kedokteran University of Auckland yang menjelma sebagai selebgram dan musisi ini dibayar untuk mengiklankan Vype. Dirinya memposting tiga foto dirinya menggunakan Vype di akun Instagramnya.
Sebulan setelah menandatangani kontrak, Liddell baru menyadari bahwa dalam kontrak yang diatur, BAT hanya mempekerjakan influencer yang sudah berusia 25 tahun ke atas. Liddell sendiri baru berusia 24 tahun. BAT mengaku semua influencer media sosial dipekerjakan melalui agensi, sementara Liddell sendiri mengaku baru tahu bahwa BAT yang memiliki Vype.

INSTAGRAM@Annabelliddell
Selebgram Annabell Liddell sebelumnya mengunggah foto dirinya mempromosikan Vype. Belakangan, foto ini telah dihapus lantaran Liddell melanggar aturan usia minimum kontrak BAT.
Tak lama setelah hal tersebut terkuak, Liddell akhirnya menghapus tiga fotonya yang mempromosikan Vype. Liddell tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar, sementara BAT mengaku sebenarnya tidak meminta Liddell menghapus posting tersebut setelah mengetahui persyaratan iklan usia.
“Tidak ada arahan yang diberikan kepadanya untuk dihapus. Dia tampaknya telah melakukannya sendiri. Tidak akan proses lebih lanjut,” kata juru bicara BAT dalam sebuah pernyataan tertulis.
“Dia tidak memenuhi praktik pemasaran internal sukarela BAT yang hanya menggunakan influencer yang berusia 25 tahun ke atas. Ini merupakan bagian dari upaya kami untuk memasarkan produk secara bertanggung jawab dan khususnya mengurangi paparan remaja,” bunyi pernyataan tersebut.
“BAT menggunakan agensi yang secara menyeluruh diberitahu tentang persyaratan ini. Sayangnya dalam kasus ini, mereka tidak mengikuti arahan. Karena influencer ini tidak memenuhi persyaratan internal kami, kami tidak akan menggunakannya untuk pekerjaan lebih lanjut pada saat ini,” ujarnya.

PHIL WALTER/GETTY IMAGES
Desainer Marc Moore dari Stolen Girlfriends Club adalah salah satu influencer yang dibayar untuk mempromosikan Vype.
Sekadar informasi, selain Liddell, BAT juga menyewa direktur kreatif merek fashion Stolen Girlfriends Club, Marc Moore untuk mempromosikan Vype. Dalam salah satu postingnya, dirinya mengatakan, “Saya belum pernah merokok selama beberapa waktu. Akan mencoba untuk tidak merokok sama sekali pada tahun 2019. Telah menemukan vape sebagai alternatif.”
Manajer umum Layanan Advokasi Kontrol Tembakau Nasional, Mihi Blair menyesali adanya penggunaan influencer dalam pemasaran produk vaping. Sejatinya, pengiklanan produk vapor sebenarnya diatur dalam Undang-Undang Lingkungan Bebas Asap tahun 1990, yang mengatur pembatasan sama seperti dengan produk rokok konvensional.
“Itu hanya mengingatkan saya pada taktik lama perusahaan rokok Winfield saat mempromosikan produk mereka melalui acara olahraga. Ini hanya tren baru bagi mereka untuk menggunakan media sosial,” ujarnya.
(Via Stuff)
Comments