Global Youth Tobacco Survey tahun 2019 menyatakan 40,6 persen pelajar Indonesia di umur 13-15 tahun pernah merokok. Angka tersebut semakin naik karena dipicu oleh iklan rokok dan akses pembelian yang mudah, menurut Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Edy Suandi Hamid.
Edy menambahkan bahwa remaja yang merokok di usia 10-14 tahun naik 240 persen, disusul dengan usia 15-19 tahun yang naik 140 persen. Demi menekan angka prevalensi perokok usia dini, digelarlah diskusi bertema “Pentingnya Pelarangan Total Iklan, Promosi dan Sponsor (IPS) Rokok di Perguruan Tinggi untuk mewujudkan Target Penurunan Prevalensi Perokok Pemula.”
Dalam diskusi tersebut membahas tentang peran iklan dan akses yang mudah dalam mendapatkan rokok merupakan permasalahan utama kenaikan perokok pemula. Walaupun cukai rokok naik sejak Februari, tetap saja rokok masih terjangkau dan mudah diakses para remaja.
Bahkan menurut Edy, adanya pandemi Covid-19 tidak menurunkan jumlah perokok, malah konsumsinya menjadi meningkat, karena banyak yang melakukan kegiatan dari rumah.
Sementara penasihat Indonesia Institute for Social Development Sudibyo Markus menyebut pengendalian tembakau bersifat mendesak, dan diperlukan upaya lintas sektoral untuk mencapainya.
Selain menerapkan kawasan tanpa rokok, utamanya di lingkungan pendidikan dan lembaga publik, diperlukan juga political will atau membangun keinginan politik untuk mengubah regulasi agar mencegah anak-anak maupun remaja jadi perokok pemula.
(Via Antara News)
Comments