Larangan Federal untuk Produk-Produk Vape Beraroma Segera Dilakukan

By Vapemagz | News | Kamis, 7 November 2019

Regulator federal disebut akan menerapkan larangan rasa rokok elektronik selain tembakau dan mentol dalam beberapa hari, meskipun tidak jelas apakah rasa mint akan diizinkan atau diformulasikan sebagai mentol. Kemungkinan pembatasan lain ialah penjualan produk vaping di toko swalayan, yang merupakan tempat di mana remaja di bawah umur sering berbelanja.

Pada bulan Maret, mantan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration atau FDA) Dr. Scott Gottlieb mengusulkan pelarangan produk rasa selain tembakau di toko-toko. Hal ini disebabkan tingkat pengguna vape di kalangan anak dan remaja terus meningkat.

Pada hari Rabu, penasihat senior Gedung Putih Kellyanne Conway menyatakan regulator tidak memiliki wewenang atas toko vape. Conway menarik garis terang antara penegakan hukum dan pembatasan usia pengguna.

Ny Post
penasihat senior Gedung Putih Kellyanne Conway

“Demarkasi itu benar-benar di antara anak-anak dan orang dewasa. Kami sangat fokus pada krisis perawatan kesehatan yang sedang berkembang di kalangan anak-anak,” kata Conway.

Sejumlah pemerhati kesehatan juga mengkritisi peredaran produk rasa, yang dianggap menjadi daya tarik bagi anak-anak. “Jika toko vape diizinkan untuk terus menjual produk rasa, anak-anak akan menemukan cara untuk mendapatkannya,” kata Akademi Pediatri Amerika, Kampanye untuk Anak-anak Bebas Tembakau, Jaringan Aksi Kanker Masyarakat Kanker Amerika, Asosiasi Paru-Paru Amerika dan Prakarsa Kebenaran.

Presiden Trump pada bulan September mengumumkan bahwa rasa selain tembakau akan dilarang. Dalam pernyataan hari Rabu mereka, kelompok-kelompok kesehatan dan advokasi di atas mengatakan verifikasi usia pembeli perlu dilakukan oleh para toko vape.

“Peran produk citarasa untuk anak muda sangat penting, mengingat ledakan penggunaan anak muda yang luar biasa ini,” kata Josh Sharfstein, mantan wakil komisaris utama FDA dan sekarang menjadi profesor kesehatan masyarakat Universitas Johns Hopkins.

(Via USA Today)

Comments

Comments are closed.