Keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump untuk menyatakan “perang” terhadap rokok elektrik atau vape bisa menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, hal tersebut disambut baik oleh masyarakat lantaran maraknya penggunaan produk oleh kaum remaja yang sudah di kategori epidemi. Di sisi lain, Trump berpotensi kehilangan dukungan dari para vapers yang berada di area kantung-kantung suara Trump untuk Pemilihan Presiden 2020.
“Sementara orang tua mungkin khawatir tentang rokok elektrik, orang-orang yang benar-benar mendukung vaping bisa menjadi masalah bagi Trump untuk mendapatkan suara di tahun 2020. Kebijakan ini bisa mengacaukan strategi pemenangan Trump itu sendiri,” ujar Paul Blair, Direktur Inisiatif Strategis Americans for Tax Reform (ATR).
Kebijakan melarang produk rokok elektrik beraroma bisa membuat Trump kehilangan masa jabatan kedua. Data sensus dan analisis negara bagian tentang prevalensi vaping dewasa yang diterbitkan dalam Annals of American Medicine pada 2016 menunjukkan jumlah vapers yang menjadi pemilih dan dapat menggagalkan kampanye pemilihan ulang Trump.
Jumlah pemilih paling banyak terdapat di 12 negara bagian dengan populasi dewasa 79 juta yang akan menentukan hasil pemilihan presiden tahun depan. Negara bagian ini termasuk Florida, Pennsylvania, Ohio, Michigan, Carolina Utara, Wisconsin, Georgia, Minnesota, New Hampshire, Maine, Arizona, dan Nevada.
Berdasarkan data survei yang didanai FDA terbaru, 4,15 juta orang dewasa di negara-negara ini menggunakan rokok elektronik. Pada tahun 2016, 61,4 persen populasi penduduk yang masuk kategori usia pemilih telah menggunakan hak suaranya. Jika angka itu benar maka pada tahun 2020, kira-kira 2,55 juta vapers dewasa akan mempengaruhi suara di negara-negara bagian yang menjadi medan pertempuran yang penting ini.
Pada Pilpres 2016, Trump dari Partai Republik menang di Michigan dengan selisih suara 11.000 dari kandidat Partai Demokrat, Hillary Clinton. Adapun jumlah vapers dewasa di Michigan pada tahun 2016 adalah 422.000 vapers.
Angka-angka lain yang perlu dipertimbangkan ialah di Florida di mana Trump menang dengan 112.911 suara (jumlah vapers 904.000), Wisconsin di mana Trump menang dengan 22.748 suara (267.000 vapers), Minnesota di mana Clinton menang dengan 44.765 suara (172.000 vapers), dan Pennsylvania di mana Trump menang dengan 44.292 suara (450.000 vapers).
Katakanlah para pemilih Trump di Florida, jika 1 dari 8 vapers berbalik melawan Trump pada 2020 karena kebijakannya terhadap vaping, hal ini tentu bisa berbahaya bagi kemenangan Trump.
Tentunya tekanan politik terkait larangan vaping harus menjadi perhatian dari tim kampanye Trump. Presiden ke 45 AS ini sebelumnya juga telah “melunak” dengan menyatakan dirinya tidak benci terhadap vaping, melainkan ingin agar vaping bisa benar-benar diatur dan produk bisa beredar secara aman.
“Sementara saya suka produk alternatif rokok seperti vaping, kita perlu memastikan produk alternatif ini aman untuk semua! Mari kita tarik produk tiruan dari pasar, dan menjaga anak-anak muda dari Vaping!,” ujar Trump dalam akun twitter resminya @realDonaldTrump.
(Via ATR)
Comments