Kinerja keuangan emiten rokok PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) masih belum beranjak dari zona merah. Sepanjang kuartal pertama 2019 ini, anak usaha dari British American Tobacco (BAT) itu mencatatkan kerugian sebesar Rp 83,3 miliar. Perusahaan, setidaknya terus merugi sejak tahun 2012. Tahun lalu, RMBA merugi hingga Rp 608,46 miliar, 26,75 persen lebih tinggi dibanding kerugian di tahun 2017 yang sebesar Rp 480,06 miliar.
Presiden Direktur Bentoel Internasional Investama, Christoper John McAllister mengatakan penurunan ini adalah imbas dari penerapan cukai rokok di tahun-tahun lalu. Sekadar informasi, pada 2015-2018, pemerintah menaikkan tarif cukai masing-masing sebesar 11, 15, 10, dan 11 persen. Meski tahun ini pemerintah tidak menaikkan tarif cukai rokok, pada kuartal I 2019 industri tembakau secara keseluruhan mengalami penurunan volume sebesar 7 persen.
“Saya nilai penurunan ini cukup besar karena kenaikan tarif cukai pada tahun-tahun sebelumnya. Nilai cukainya cukup tinggi, dan dampaknyanya mulai terasa sekarang. Biarpun tahun ini tidak naik, kemampuan daya beli masyarakat sedang menurun,” kata McAllister, dalam kegiatan paparan publik perusahaan di Financial Hall, Graha CIMB, Kamis (20/06/2019).

timesmedia
Bentoel berhasil mempertahankan pangsa pasar di kisaran 7-8 persen.
Meski mengalami kerugian, Bentoel berhasil mempertahankan pangsa pasar di kisaran 7-8 persen. Sepanjang 2013-2018, Bentoel masih membukukan nilai ekspor lebih dari Rp4 triliun ke 19 negara. Sepanjang periode itu pula, BAT telah menggelontorkan total investasi sebesar Rp18,3 triliun untuk produsen produk rokok Dunhill Filter, Dunhill Mild, Club Mild dan Lucky Strike Mild itu.
“BAT Group menunjukkan komitmen melalui investasi untuk memastikan keberlangsungan Perseroan di tengah persaingan yang semakin ketat. Tahun ini kami akan melanjutkan penerapan strategi bisnis perseroan untuk memperkuat brand, roduk, pemasaran dan distribusi, serta talent pool kami, dan terus melanjutkan ambisi kami untuk menjadi perusahaan produk tembakau dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia,” jelas McAllister.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di hari yang sama, pemegang saham merestui perubahan aktivitas konsultasi manajemen, dari usaha penunjang menjadi usaha utama perusahaan. Langkah ini sebagai bentuk reorganisai bisnis agar lebih terintegrasi dan efisien. “Hanya simplifikasi usaha. Tidak ada akibat yang fundamental dari perubahan ini,” ujarnya.
(VapeMagz Indonesia)
Comments