Kabar Jelaskan Empat Zat yang Berisiko Bagi Kesehatan dalam Likuid Vape

By Vapemagz | News | Senin, 5 November 2018

Penggunaan produk tembakau alternatif bisa digunakan bagi perokok yang sulit dan sedang mencoba untuk berhenti. Salah satu produk pengurangan risiko penggunaan tembakau (Tobacco Harm Reduction atau THR) adalah melalui rokok elektrik atau vape. Produk ini termasuk dalam produk Electronics Nicotine Delivery Systems (ENDS).

Menurut Ketua Koalisi Bebas TAR (Kabar) dan Peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia, Dr. drg. Amaliya, MSc. Ph.D vape paling banyak digunakan di Indonesia ketimbang produk THR lainnya, seperti snus, nikotin tempel, permen karet nikotin, atau pun nikotin semprot.

“Vape lebih disukai karena efek ngebulnya seperti rokok. Tapi itu bukan asap, melainkan uap,” kata Amaliya. Menurutnya, vape juga mempunyai kandungan zat yang lebih rendah risiko karena dipanasi ketimbang rokok konvensional yang dibakar.

Berdasarkan hasil riset lembaga penelitian di bawah Kementerian Federal Pangan dan Pertanian Pemerintah Federal Jerman (German Federal Institute for Risk Assessment) pada 2003, rokok konvensional mengandung zat yang bersifat toksisitas atau merusak sebanyak 80-99 persen.

Sementara itu, produk tembakau alternatif mengandung risiko 1-10 persen. “Artinya, vape tetap berisiko. Tapi lebih kecil,” kata Amaliya. Lantas apa saja yang membuat vape masih berisiko? Menurut penelitian Kabar, risiko itu terkandung pada cairan atau liquidnya yang mengandung empat zat.

Pertama, propylene glycol atau PG yang merupakan zat pembawa cairan yang dipanasi sehingga menghasilkan uap. PG biasa ditemukan pada produk kosmetik, obat asma semprot, juga dry ice yang memunculkan efek uap yang tebal seperti asap pada acara konser-konser musik. Efek sampingnya berupa mulut kering dan tenggorokan gatal.

Kedua, nikotin yang merupakan zat adiktif yang bisa mengakibatkan kecanduan karena memberi sensasi kenikmatan. Selain tembakau, nikotin juga ditemukan pada tanaman lain, seperti bunga kol, tomat, dan terong. Nikotin dalam dunia medis digunakan untuk obat Alzeimer, terapi fokus untuk autis.

Ketiga, vegetable glycerine (VG) yang merupakan zat yang diambil dari tanaman. Biasa digunakan untuk campuran deterjen, sabun, juga ditemukan pada lemak mentega.

Keempat, perasa yang biasanya diambil dari rasa makanan, seperti strawberry, kopi, cokelat. Namun tidak menutup kemungkinan produsen yang nakal mencampurnya dengan aroma parfum sehingga harus ada pengawasan. “Perasa itu biar perokok enggak bosan. Kalau cuma ngebul-ngebul saja, apa nikmatnya,” kata Amaliya.

krjogja.com
Ketua Koalisi Bebas TAR (Kabar) dan Peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia, Dr. drg. Amaliya, MSc. Ph.D.

Lantaran masih berisiko, Amaliya mengingatkan bahwa pengguna vape sebaiknya hanya para perokok yang ingin berhenti merokok. “Jadi vape untuk perokok. Bukan untuk yang mau belajar merokok atau pemula,” kata Amaliya.

Persoalannya, menurut Ketua Paguyuban Vaporizer Yogyakarta (Pavy) Robertus Bryan Alvano, 20 persen pelanggan vape di Yogyakarta adalah remaja. Padahal, sejatinya produk ini baru boleh digunakan untuk anak berusia minimal 18 tahun.

“Mereka pilih vape bukan untuk mengambil manfaatnya ketimbang rokok. Tapi untuk gaya hidup,” kata Robertus. Dirinya tak menampik kemungkinan penjual melayani pembeli yang berusia 15 tahun. Sementara pelanggan terbanyak usia 18-20 tahun, kemudian 25-30 tahun.

Untuk mencegah risiko berbahaya pada penggunaan oleh anak di bawah umur, pengamat hukum Universitas Sahid Ariyo Bimmo menyatakan pemerintah perlu mengeluarkan regulasi baru terkait aturan penggunaan produk. Saat ini, pemerintah telah mengatur aturan pengenaan biaya cukai pada hasil pengolahan tembakau lainnya (HPTL), termasuk vape sebesar 57 persen.

“Regulasi baru nantinya juga mengatur tentang produk, penjualan, promosi, iklan, sponshorship, serta tempat di mana produk tembakau alternatif bisa dikonsumsi. Termasuk pengaturan kadar kandungan zat dalam tembakau alternatif itu,” ujar Ariyo.

(Via Tempo)

Comments

Comments are closed.