JUUL Labs, produsen rokok elektrik terkemuka dari Amerika Serikat, pada Rabu (10/7/2019), resmi meluncurkan perangkat JUUL dan JUULpods di Indonesia. Peluncuran ini menandai kelanjutan langkah JUUL dalam mewujudkan misinya membantu meningkatkan kualitas hidup satu miliar perokok dewasa di dunia dengan menciptakan produk alternatif dari rokok.
Melalui kemitraan eksklusif bersama PT Jagad Utama Lestari (PT JUL), anak perusahaan PT Erajaya Swasembada Tbk (Erajaya Group), produk JUUL kini tersedia untuk perokok dewasa di Indonesia. JUUL Labs Inc., ialah perusahaan rintisan asal San Francisco, Amerika Serikat, yang didirikan oleh Adam Bowen dan James Monsees yang merupakan mantan perokok.
Dengan mempertimbangkan kebiasaan perokok, JUUL dirancang sebagai perangkat yang sederhana dengan teknologi yang dipatenkan. Perangkat JUUL dan kartridnya (JUULpods) merupakan sistem tertutup (closed vaping system) dan menggunakan desain pengendalian suhu yang sudah dipatenkan, sehingga penggunanya mendapatkan pengalaman vaping yang konsisten. Tanpa tombol atau saklar, JUUL merupakan perangkat yang ringkas, bebas dari abu dan bau.
Desain, fungsi, dan sensasi yang dihadirkan oleh JUUL memberikan alternatif bagi para perokok dewasa di Indonesia. Rokok elektrik sendiri berbeda dengan rokok konvensional, dimana rokok elektrik dianggap lebih aman lantaran tidak menghasilkan tar seperti rokok yang dibakar. Hadirnya JUUL di Indonesia diharapkan memberi alternatif yang lebih sehat perokok dewasa di negara ini juga memiliki alternatif yang sama seperti di AS.
“JUUL hadir untuk memberikan produk alternatif kepada perokok dewasa. Selain itu, kami juga mendukung diskusi mengenai kebijakan di masa depan yang tepat sasaran untuk kategori produk inovatif ini,” kata Kent Sarosa, Country General Manager JUUL Labs Indonesia, saat peluncuran produk di Four Seasons Hotel, Jakarta, Rabu (10/7/2019).
Direktur PT JUL, Chee Ping Sim, mengatakan PT JUL menyambut baik inisiatif JUUL Labs untuk meningkatkan kualitas hidup para perokok dewasa di Indonesia. Di Indonesia, setiap tahunnya beban ekonomi akibat merokok dapat mencapai Rp600 miliar, termasuk biaya langsung untuk perawatan kesehatan dan biaya tidak langsung yang disebabkan oleh hilangnya produktivitas akibat mortalitas dan morbiditas.
“Melalui kerja sama ini, kami percaya bahwa kini perokok di Indonesia memiliki pilihan untuk mengendalikan dampak dari merokok, baik untuk diri mereka sendiri maupun orang lain di sekitar mereka,” kata Chee Ping Sim.
(Via Tempo)
Comments