Pesatnya peningkatan popularitas JUUL di dunia, membuat JUUL Labs sukses menguasai pasar rokok elektrik di Amerika Serikat, bahkan dunia. Saking populernya, istilah Juuling atau merokok JUUL seolah-olah menjadi verba atau kata kerja baru yang layak dimasukkan ke kamus.
Meski demikian, ternyata para karyawan dari JUUL Labs sendiri, tak diiznkan untuk menghisap produk favoritnya sendiri di area kantor pusat mereka, San Fransisco, Amerika Serikat.
Hal itu diumumkan perusahaan dalam email kepada staf di kantor San Fransisco, Selasa pekan lalu. JUUL mengatakan kepada karyawan bahwa siapa pun yang ingin melakukan Juuling di properti perusahaan harus melakukannya di tenda khusus yang didirikan di luar area kantor.
“Mungkin terasa tidak masuk akal untuk melarang penggunaan produk sendiri di tempat kerja. Padahal kami bekerja keras untuk membuat dan mempromosikan produk ini. Tetapi intinya adalah kita harus mematuhi persyaratan hukum yang sama dengan perusahaan lainnya,” kata CEO Juul, Kevin Burns kepada staf dalam email.
JUUL Labs adalah perusahaan rintisan yang saat ini memiliki lebih dari 800 karyawan di seluruh dunia. Sebelumnya, banyak karyawan yang bebas menghisap JUUL kesayangan mereka di area kantor. Hanya saja, tekanan otoritas setempat yang mendesak larangan penggunaan rokok elektrik di kantor membuat karyawan JUUL harus menaati peraturan tersebut.
Di AS, sebanyak 12 negara bagian dan beberapa kota telah melarang vaping di tempat kerja, meskipun larangan itu tampaknya tidak diterapkan secara ketat. Vaping memang dianggap sebagai alternatif yang lebih aman untuk merokok. Meski demikian, beberapa rekan kantor yang tidak merokok ataupun vaping tidak senang dengan vapers karena suara dan uap yang mereka buat saat vaping.
Burns mengatakan kepada karyawan bahwa saat ini perusahaan sedang mencari alternatif bagi para karyawan yang ingin melakukan vape saat bekerja. Sebelumnya, perusahaan menerima permintaan dari otoritas kota tentang larangan praktik vaping di kantornya.
Sekadar informasi, tak hanya JUUL Labs, beberapa perusahaan lain di AS juga harus bergulat dengan dilema untuk mengizinkan karyawan dan pelanggan untuk vaping. Exxon Mobil memiliki area khusus merokok yang memungkinkan karyawan untuk melakukan vape, sementara CVS melarang karyawannya menggunakan rokok maupun vape di mana pun, termasuk halaman perusahaan.
Starbucks dan Walmart tidak mengizinkan pelanggan atau karyawan untuk melakukan vape, meskipun McDonald’s mengatakan para pekerja dan pengunjungnya dipersilakan jika mereka ingin vaping.
Menurut Wall Street Journal, dalam tiga tahun sejak diperkenalkan ke pasar, JUUL Labs saat ini telah bernilai USD 15 milyar. Mereka menguasai lebih dari 70 persen dari pasar rokok elektrik di Amerika Serikat.
Akhir-akhir ini, JUUL juga mendapat tekanan publik lantaran maraknya penggunaan produk di kalangan anak-anak dan remaja. Mereka dipaksa menghentikan penjualan sebagian besar produk nikotinnya yang beraroma oleh Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan AS (US Food and Drug Administration atau FDA).
Tak hanya itu, tekanan terhadap JUUL juga datang dari perusahaan besar tembakau yang juga telah memasarkan produk rokok elektriknya masing-masing. Bahkan ada yang berencana melakukan takeover atau pengambil alihan perusahaan. Altria Group dikabarkan berencana untuk mengakuisisi saham minoritas dari JUUL Labs.
(Via Daily Mail)
Comments