Perusahaan rokok elektrik asal Amerika Serikat, JUUL Labs mengatakan pada pertengahan pekan lalu bahwa perusahaan akan mengakhiri operasinya di Korea Selatan. Awal Mei ini, JUUL juga dikabarkan akan mengurangi kehadiran mereka di Eropa dengan menghentikan penjualan di Austria, Belgia, Portugal, Prancis dan Spanyol.
Keputusan JUUL meninggalkan pasar Korea Selatan dibuat hanya setahun setelah perusahaan asal San Francisco itu memasuki pasar Negeri Gingseng. Di Korea, JUUL gagal mendapatkan daya tarik pasar di tengah peringatan kesehatan pemerintah akan bahaya rokok elektrik.
Dalam sebuah pernyataan, JUUL mengatakan sejak awal tahun telah memasuki proses restrukturisasi yang bertujuan untuk membangun kembali bisnis yang layak di Korea Selatan. Caranya dengan secara signifikan mengurangi biaya dan membuat perubahan pada produk-produknya.
“Namun, inovasi ini tidak akan tersedia seperti yang diantisipasi. Akibatnya kami bermaksud untuk menghentikan operasi kami di Korea Selatan,” tulis JUUL seperti dikutip dari Reuters.
“Kinerja kami belum memenuhi harapan dalam memenuhi kebutuhan perokok dewasa Korea untuk berhasil beralih dari rokok konvensional yang mudah terbakar. Kami telah belajar melalui proses ini dan berfokus pada inovasi portofolio produk kami,” kata perusahaan.
Pada Oktober tahun lalu, kementerian kesehatan Korea Selatan menyarankan orang-orang untuk berhenti vaping karena meningkatnya masalah kesehatan. Pada bulan itu ditemukan kasus pneumonia yang dilaporkan pada pengguna rokok elektrik berusia 30 tahun.
Pengumuman itu mendorong rantai toko serba ada dan toko-toko bebas pajak untuk menangguhkan penjualan rokok elektrik rasa, termasuk yang dibuat oleh JUUL Labs. Pada bulan Desember, otoritas kesehatan Korea Selatan mengatakan mereka telah menemukan vitamin E asetat dalam produk vaping yang menyebabkan kasus penyakit paru-paru (EVALI).
Sementara itu, seperti dilaporkan BuzzFeed JUUL juga akan meninggalkan pasar Prancis pada akhir tahun serta mulai menarik diri dari negara-negara Eropa lain pada bulan Juli. Setelah JUUL berhenti menjual produk di lima negara tersebut, kehadirannya di Eropa akan terbatas pada Ceko, Jerman, Irlandia, Italia, Polandia, Swiss, Ukraina, Rusia dan Inggris.
Menurut salah satu karyawan yang berbicara secara anonim, alasan JUUL untuk meninggalkan Eropa berbeda-beda di tiap negara. Penjualan JUUL di Spanyol dan Prancis sebenarnya relatif tinggi dibandingkan dengan sebagian besar pasar Eropa, tetapi tidak cukup tinggi untuk menutupi biaya staf yang dibutuhkan dan adanya masalah dari regulator lokal.
Sementara Austria, Belgia dan Portugal dianggap terlalu kecil bagi perusahaan untuk terus berinvestasi. Karyawan itu mengatakan mundurnya JUUL dari Pasar Eropa tidak terkait dengan pandemi coronavirus.
Mundurnya JUUL juga disinyalir lantaran Uni Eropa memiliki peraturan rokok elektrik yang ketat dalam hal batas kandungan nikotin untuk rokok elektrik yakni 20 miligram per mililiter cairan. Adapun di AS, negara asal JUUL tidak ada batasan yang diamanatkan secara hukum. Satu pod JUUL bisa mengandung hingga 59 miligram nikotin per mililiter.
Comments