JUUL Akan Pangkas Lebih Banyak Jumlah Karyawan, Berniat Tinggalkan Pasar Asia dan Eropa

By Vapemagz | News | Kamis, 3 September 2020

Produsen rokok elektrik, JUUL Labs Inc. dikabarkan sedang merencanakan pemangkasan jumlah karyawan (PHK) lebih signifikan dan mempertimbangkan untuk menghentikan penjualannya di seluruh Eropa dan Asia. JUUL juga dikabarkan mempertimbangkan untuk menarik diri dari hampir selusin negara termasuk Italia, Jerman, Rusia, Indonesia dan Filipina guna fokus ke pasar intinya di Amerika Serikat, Kanada dan Inggris.

JUUL telah memangkas sekitar sepertiga dari 3.000 pekerjanya awal tahun ini dan telah menghentikan penjualan alat vapornya di beberapa negara. Perusahaan yang dulu berkembang pesat ini telah mengurangi operasinya untuk menutupi penurunan penjualan yang tajam.

Saat ini JUUL diperkirakan memiliki sekitar 2.200 karyawan. Sejak kerap disalahkan oleh orang tua dan pejabat pemerintah atas lonjakan vaping remaja di AS, JUUL telah menghadapi hambatan keras baik dari sisi regulasi dan penyelidikan atas praktik pemasarannya selama dua tahun terakhir.

Seperti dikabarkan Wall Street Journal, pangsa pasar JUUL di AS tergerus penjualan rokok elektrik Vuse milik Reynolds American Inc., selain beberapa vapers yang memilih beralih kembali ke rokok tradisional.

CEO JUUL, K.C. Crosthwaite mengatakan kepada karyawan melalui email pada hari Rabu bahwa unit bisnis yang ditinjau di beberapa negara tidak menghasilkan pendapatan yang cukup untuk mendukung pengeluaran lebih lanjut di sana.

Dia mengatakan pemotongan akan memungkinkan perusahaan untuk berinvestasi dalam mengembangkan produk baru, serta teknologi untuk mengekang penggunaan kaum muda. JUUL juga perlu investasi dalam penelitian ilmiah yang dapat membantu perusahaan menunjukkan kepada regulator bahwa produknya tidak lebih berbahaya daripada rokok.

Thomas Rizal/VapeMagz Indonesia
Produk JUUL yang dijual di salah satu supermarket Indonesia.

JUUL telah menyerahkan aplikasi Pra-Pasar (PMTA) produk terbarunya kepada Food and Drug Administration (FDA), dimana produk barunya dirancang hanya bisa dibuka oleh pengguna yang berusia minimal 21 tahun.

“Meskipun investasi tersebut tidak akan memberikan pendapatan jangka pendek, mereka akan membantu kami mendapatkan kepercayaan dan membangun perusahaan untuk jangka panjang,” tulis Crosthwaite dalam email kepada staf.

Sejak Crosthwaite mengambil alih kepemimpinan perusahaan setahun yang lalu, JUUL telah menghentikan sebagian besar pemasarannya di AS, memangkas jumlah karyawan lebih dari 1.500 orang, berhenti menjual pod rasa manis dan buah di AS dan menghentikan rencana ekspansi ke luar negeri. Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan telah keluar dari pasar Korea Selatan, Austria, Belgia, Portugal dan Spanyol.

JUUL juga berpotensi menarik diri dari 11 negara guna fokus kepada pasar intinya di AS, Kanada dan Inggris yang mewakili lebih dari 90 persen penjualan perusahaan. Pangsa pasar JUUL di AS telah turun menjadi 58 persen dari 75 persen pada November 2018.

Menurut analis Goldman Sachs, Bonnie Herzog penurunan ini merupakan imbas dari langkah JUUL yang secara sukarela menghentikan penjualan pod rasa manis dan buahnya di toko-toko ritel AS. Penjualan retail JUUL di AS turun 33 persen dalam empat minggu yang berakhir pada 8 Agustus, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Perusahaan startup yang investor terbesarnya ialah Altria Group Inc., pembuat rokok Marlboro itu tahun lalu mencatat penjualan USD2 miliar dan kerugian USD1 miliar. Pada kuartal pertama tahun ini JUUL melaporkan kerugian USD46 juta dari penjualan USD394 juta.

Rival JUUL, Reynolds American mengalahkan JUUL melalui diskon besar pada produk vaporizer Vuse Alto dan kampanye pemasaran yang luas. Sementara itu, beberapa vaper dewasa, terutama yang berusia di atas 50 tahun, beralih kembali ke rokok tradisional setelah adanya pembatasan federal pada produk rasa rokok elektrik.

Wall Street Journal
JUUL.

Menurut Altria, perokok juga beralih kembali ke rokok karena wabah penyakit paru-paru terkait vaping (EVALI) tahun lalu yang sebenarnya disebabkan minyak vitamin E dalam produk vaping ganja (THC). Dalam wawancara pada bulan Juni lalu, Crosthwaite mengatakan peningkatan tren penjualan rokok di AS ialah bukti mengikisnya kepercayaan publik terhadap rokok elektrik.

Di negara lain, pejabat setempat telah mengadopsi kebijakan seperti pajak yang mendorong orang kembali ke rokok. “Tampaknya menjadi lebih mudah untuk menjual rokok yang mudah terbakar (konvensional) daripada produk vape di beberapa pasar,” tulis Mr Crosthwaite, yang juga merupakan mantan eksekutif Altria.

JUUL menjadi primadona industri tembakau AS pada tahun 2017, ketika mereka memperkenalkan produk rokok elektriknya. Altria mengakuisisi 35 persen saham JUUL pada tahun 2018 dengan harga senilai USD38 miliar, menjadikannya salah satu startup paling bernilai di negara ini.

JUUL dikabarkan hanya menyimpan sekitar USD200 juta dari uang tersebut, serta mendistribusikan sebagian besar uang kepada investor dan karyawannya. Altria menilai nilai investasi mereka kini telah menyusut tinggal menjadi USD12 miliar.

Pada awal tahun lalu, JUUL sempat secara agresif berekspansi ke pasar luar negeri, dengan memasuki beberapa negara tanpa terlebih dahulu mencari dukungan regulator lokal. Akibatnya mereka mengalami kegagalan seperti di China, di mana para penjual online menarik JUUL dari situs web mereka hanya beberapa hari setelah perusahaan diluncurkan di sana.

Perusahaan sekarang sedang menjajaki untuk memperkenalkan produknya di Jepang, di mana JUUL berencana untuk mempresentasikan penelitian ilmiahnya dalam upaya untuk membuat penjualan rokok elektrik bisa diizinkan.

(Via WSJ)

Comments

Comments are closed.