Jumlah Vapers di Britania Raya Meningkat, Sebagian Masih Ragu Tingkat Keamanannya

By Vapemagz | News | Minggu, 16 September 2018

Survei yang dilakukan oleh Action on Smoking and Health (ASH) menemukan jumlah vapers di Britania Raya telah mencapai 3,2 juta orang. Jumlah ini empat kali lipat jumlah vapers di Britania Raya pada tahun 2012. Sebagian besar menggunakan rokok elektrik karena mereka telah berhenti merokok dan 40 persen penggunanya adalah perokok yang sedang mencoba berhenti merokok. Perkiraan ini didasarkan pada survei terhadap 12.000 responden dewasa.

Menurut survei, tiga alasan utama mengapa mantan perokok menggunakan rokok elektrik adalah berhenti merokok (62 persen), merasa menikmatinya (11 persen), dan untuk menghemat uang (10 persen). Jumlah pengguna rokok elektrik antara 2017 dan 2018 naik dari 2,9 hingga 3,2 juta. Meski demikian, diperkirakan masih ada sepertika perokok yang belum pernah mencoba vaping.

Meskipun semakin banyak perokok yang percaya vaping relatif kurang berbahaya daripada merokok, 22 persen masih menganggap vaping sama buruknya atau bahkan lebih buruk dari merokok. Jika diinterpretasikan, maka hal ini berarti satu dari empat orang dewasa percaya bahwa vaping sama berbahayanya dengan merokok.

Dari survei tersebut, baru 17 persen yang percaya vaping jauh lebih tidak berbahaya daripada merokok, sedangkan 23 persen mengatakan mereka tidak tahu mana yang lebih berbahaya. Persentase ini lebih baik dari hasil survei tahun lalu, yakni 13 persen dan 29 persen.

ASH/BBC
Kategori pengguna vape di Britania Raya.

“Kebijakan yang diambil Inggris berada di jalur yang benar. Ribuan perokok membuat peralihan untuk vaping demi meningkatkan kesehatan mereka. Akan lebih banyak perokok yang memperoleh manfaat jika rokok elektrik diberi lisensi sebagai obat dan tersedia dengan resep,” ujar Kepala Eksekutif ASH Deborah Arnott.

Berbeda dengan Amerika Serikat, Inggris memang lebih terbuka dengan keberadaan vape. Awal tahun ini, Public Health of England (PHE) mengatakan rokok elektrik harus tersedia dengan resep demi keberhasilan dalam membantu orang berhenti merokok. Pada Agustus lalu, laporan oleh anggota parlemen mengatakan aturan pembatasan terkait rokok elektrik harus lebih dilonggarkan.

Meski demikian, hasil penelitian dari King’s College London menemukan masih banyak orang yang khawatir bahwa vaping sama buruknya dengan merokok. Dr Leonie Brose dari King’s College London, menyebut keyakinan yang keliru mengenai bahaya vaping cukup mengkhawatirkan. “Kampanye dari PHE untuk menentang pandangan ini penting dan harus terus berlanjut,” katanya.

Alison Cook, Direktur Kebijakan di British Lung Foundation, mengaku gembira melihat perokok yang beralih ke vape lantaran kebiasaan merokok jauh lebih berbahaya ketimbang vape. “Dokter dan apoteker harus mengakui bahwa ada berbagai produk yang tersedia, dan vaping adalah salah satu cara terbaik untuk berhenti merokok,” ujarnya.

(Via BBC)

Comments

Comments are closed.