Ratusan tuntutan hukum baru kepada JUUL Labs telah diajukan di pengadilan Amerika Serikat selama setahun terakhir. Ini termasuk klaim individu di mana penggugat menyalahkan metode pemasaran JUUL karena dianggap menyesatkan tentang sifat adiktif dari rokok elektrik.

Sejumlah gugatan class-action juga diajukan atas nama distrik sekolah dan entitas lain. Mereka menuntut perusahaan harus bertanggung jawab atas kerusakan yang dihasilkan dari peningkatan jumlah vaping di kalangan anak muda dan remaja.

Sejak 2 Oktober 2019, Panel Yudisial AS untuk Litigasi Multidistrik (JPML) mengkonsolidasikan semua tuntutan hukum JUUL yang diajukan secara federal di Distrik Utara California. Dalam pernyataan konferensi manajemen kasus baru-baru ini, para pihak menguraikan status pengajuan kasus dan proses yang akan disiapkan untuk persidangan awal.

Melia Russell / San Francisco Chronicle
JUUL dituntut karena telah sengaja menargetkan remaja dan kaum muda sebagai target pemasaran produk.

Menurut pernyataan konferensi, 667 kasus masih tertunda, termasuk 539 kasus cedera pribadi dan 92 kasus entitas pemerintah. Dari jumlah tersebut, 65 kasus diajukan oleh distrik sekolah, 19 oleh kabupaten, satu oleh kota dan tujuh tuntutan diajukan oleh suku asli Amerika. Saat ini terdapat 158 pengaduan sedang menunggu di Pengadilan Tinggi Los Angeles.

Ada 11 kasus yang diajukan oleh jaksa agung negara bagian di seluruh negeri, termasuk yang dari California, Illinois, New York, Carolina Utara, Mississippi, Minnesota, Washington D.C., Arizona, Pennsylvania, New Mexico, dan Massachusetts.

Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah mengirim surat peringatan kepada JUUL pada 9 September 2019. Setelah meninjau kesaksian dari dua hari dengar pendapat tentang JUUL di DPR AS, penyelidik FDA menemukan bahwa JUUL Labs melanggar hukum.

Mereka dinilai dengan sengaja mengiklankan produknya secara ilegal sebagai alternatif yang lebih aman daripada rokok biasa. FDA mencatat bahwa JUUL dengan sengaja menargetkan para remaja, setelah beberapa kali membuat klaim aman ini di sekolah.

(Via Legal Examiner)