Berkembangnya industri rokok elektrik atau vape diharapkan turut membantu sektor petani tembakau. Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) tengah mencari mitra petani tembakau lokal untuk memproduksi likuid vape dalam negeri. Dengan demikian, impor bahan baku likuid yang berupa nikotin murni dan nikotin garam juga bisa dikurangi.
“Para produsen likuid vape berusaha memproduksi nikotin di dalam negeri menggunakan tembakau lokal pada bulan ini. Asosiasi memprediksi pembuatan nikotin di dalam negeri dapat menekan biaya produksi hingga 50 persen,” kata Ketua Bidang Organisasi APVI, Garindra Kartasasmita mengatakan.
Sejauh ini, para produsen masih bergantung pada impor untuk mendapatkan bahan baku likuid. Adapun, tiap likuid vape pada umumnya menggunakan tiga bahan baku utama yakni proplyne glycol (PG), vegetable glycerin (VG), dan nikotin murni. Sebanyak 80 hingga 90 persen dari kebutuhan PG dan VG untuk pembuatan caian vape masih diimpor, sedangkan nikotin murni belum diproduksi di dalam negeri.
“Dengan kapasitas produksi yang masih mengikuti konsumsi nasional, industri vape domestik membutuhkan 51.840 ton tembakau per tahun, atau 25,92% dari total produksi tembakau nasional. Jadi, sebetulnya kalau semua sudah produksi di sini nikotinnya justru bisa jadi menyejahterakan petani tembakau,” ujar Garindra.
Beberapa produsen likuid tanah air kini tengah melakukan survei ke beberapa perkebunan di pulau Jawa untuk mencari tembakau yang sesuai dengan kebutuhan. Nikotin dalam likuid vape membutuhkan kualifikasi yang berbeda dengan tembakau untuk rokok.
“Untuk memproduksi 1 liter nikotin murni yang digunakan dalam likuid vape dibutuhkan sekitar 1 ton daun tembakau. Konsumsi likuid vape dalam negeri pada akhir tahun lalu tercatat sekitar 1,4 juta liter dengan kandungan nikotin murni sekitar 3 persen atau 43.200 liter,” kata Garindra menjelaskan.
Upaya para pelaku industri vape dalam negeri untuk memberdayakan petani tembakau lokal disambut baik oleh Koordinator Komisi Liga Tembakau, Zulvan Kurniawan. Menurutnya, jika produksi nikotin dengan tembakau dan proyeksi serapannya tercapai, hal tersebut dapat membatu menyejahterakan petani tembakau.
Hanya saja, Zulvan menilai industri vape juga harus memiliki sistem tata niaga yang berkeadilan bagi para petani. Pasalnya, sulit untuk mencari pertanian tembakau yang memiliki kadar nikotin yang seragam pada setiap daunnya. Saat ini pertanian tembakau lokal belum ada yang menanam dengan bantuan teknologi dan masih bergantung kepada cara turun-menurun.
“Teknologi pertanian petani saat ini masih terbatas dalam pemupukan. Kalau daun tembakau dengan kadar nikotin seragam, sistem tanamnya dengan teknologi misal dengan mengontrol suhu. Itu belum ada di Indonesia,” kata Zulvan.
(Via Bisnis.com)
Comments