Kehadiran vape di Indonesia memang terbilang masih seumur jagung. Meski demikian, industri ini berhasil tumbuh dengan pesat. Jika selama ini produk-produk impor masih merajai pasar vapor Indonesia, ke depannya pemain domestik di harapkan berani menancapkan kukunya untuk masuk ke pasar internasional, baik di kawasan Asia, Eropa, maupun Amerika.
Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa jumlah produsen likuid vape di Indonesia berkisar 150–200 produsen. Adapun jumlah konsumen aktif tercatat sebanyak 650 ribu dan konsumen pasif sebanyak 300 ribu. Meski jumlahnya belum terlalu signifikan, kabar mengenai rencana ekspor ini merupakan berita baik bagi pemerintah.
“Ini mau ekspor, sebagian akan dilakukan pada bulan depan,” kata Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi. Menurut Heru, ekspor dari barang kena cukai (BKC) hasil intensifikasi hasil tembakau ini bisa mendukung program pemerintah yang sedang menggenjot ekspor nasional.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Teknis dan Fasilitas Cukai Ditjen Bea dan Cukai Nugroho Wahyu Widodo mengatakan bea cukai juga telah menyediakan insentif untuk mendukung para pelaku usaha likuid vape berorientasi ekspor. “Nanti kalau jumlah ekspor lebih dari yang untuk dalam negeri akan dapat insentif penundaan pembayaran cukai dua bulan ke depan,” imbuhnya.
Salah satu daerah yang menjadi produsen untuk ekspor vape adalah Sidoarjo, Jawa Timur. Rencananya, Oktober nanti produsen vape di Sidoarjo akan mengekspor 3.000 – 4.000 kemasan vape ke Jepang. Area lainnya adalah Bali, dimana produsen lokal Bali rencananya akan segera mengekspor produknya ke Amerika Serikat, Dubai, Jerman, dan Rusia.
“Ini memang belum besar tapi awal yang baik. Nilai ekspor sekitar IDR 300 juta sekali kirim,” kata Nugroho.
(Via Bisnis.com)
Comments