Oman akan mengikuti jejak Arab Saudi yang mengenakan pajak baru pada minuman bergula dan produk tembakau, mulai 15 Juni mendatang. Langkah ini sebagai antisipasi negara teluk produsen minyak itu dalam meningkatkan pendapatan negara disaat harga minyak dunia yang mengalami tren penurunan selama beberapa tahun terakhir.

Sesuai pernyataan resmi dari Sekretariat Jenderal untuk Perpajakan (Secretariat General for Taxation atau SGT), pajak berupa cukai sebesar 100 persen akan diberlakukan untuk produk-produk tembakau, minuman berenergi, alkohol, dan daging babi. Sementara itu, pajak 50 persen akan diterapkan pada minuman berkarbonasi.

“Pajak cukai adalah pajak konsumsi dan dianggap pajak tidak langsung. Dengan demikian, biaya akhir ada pada konsumen, tetapi dikumpulkan terlebih dahulu pada tahap rantai pasokan, terutama melalui sektor bisnis,” kata Sulaiman bin Salim al-A’adi, Direktur Jenderal Survei dan Perjanjian Pajak.

muscatdaily.com
Sulaiman bin Salim al-A’adi, Direktur Jenderal Survei dan Perjanjian Pajak SGT.

Reformasi fiskal yang dinilai agak terlambat ini ditujukan untuk mengatasi pelebaran defisit anggaran negara, yang kian lama kian bergantung pada pendanaan eksternal, yakni obligasi dan pinjaman negara guna mengisi kembali kas negara. Oman awalnya berencana untuk memperkenalkan pajak pertambahan nilai 5 persen pada tahun 2018, yang akhirnya diundur menjadi 2020.

“Penundaan lebih lanjut dalam implementasi, bersama dengan skenario harga minyak yang lebih rendah, menimbulkan risiko penurunan terhadap asumsi kami tentang defisit fiskal yang lebih sempit dibandingkan dengan 2015-2017,” tulis S&P Global Ratings dalam risetnya pada bulan April.

Di awal tahun ini, Oman memperkirakan defisit anggarannya menjadi 2,8 miliar real (USD 7,27 miliar), atau 9 persen dari produk domestik bruto (PDB) negara. Sumber mengatakan bahwa untuk menutupi sebagian dari defisit, Oman diperkirakan akan segera menerbitkan obligasi internasional baru dalam kesepakatan yang kemungkinan akan naik menjadi USD 2 miliar.

(Via Reuters)