Harga Vape Perlu Ditekan Demi Hak Asasi Manusia

By Vapemagz | News | Selasa, 18 September 2018

Harga dari produk vaping harus dikurangi hingga seminimal mungkin, demi menekan jumlah perokok di negara miskin. Hal ini berkaitan dengan masalah hak asasi manusia yang mendesak. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Helen Redmond, ahli penggunaan zat dari New York University’s Silver School of Social Work.

Dalam Forum The Global Tobacco & Nicotine 2018, London, di depan 300 orang perwakilan industri tembakau dan vaping, Helen mengatakan orang-orang di negara miskin seharusnya tidak dikenakan harga mahal untuk mengakses produk berbasis vapor, untuk membantu mereka berhenti merokok. Pasalnya, rokok sendiri biasanya menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi, khususnya di negara-negara miskin.

“Ini adalah masalah hak asasi manusia. Sebagai alternatif untuk mengurangi dampak buruk dari rokok, harga produk vapor perlu ditekan. Nikotin bukan obat terlarang, melainkan obat untuk mengobati depresi dan kecemasan,” kata Helen.

Para akademisi di forum tersebut menyerukan penelitian lebih lanjut tentang kemungkinan manfaat nikotin dan fokus pada pengembangan produk nikotin berbasis inovatif. Hal ini demi mewujudkan masyarakat bebas rokok dan mengurangi efek berbahaya dari rokok.

Nam Y. Huh/AP
Para peneliti percaya teknologi menjadi kunci untuk membantu perokok berhenti merokok.

Viscount Matt Ridley, seorang penulis dan anggota House of Lords, bergabung dengan para ahli untuk mempromosikan vaping sebagai alternatif pengurangan dampak buruk merokok. Menurutnya, membatasi rokok elektrik di tempat kerja atau menyamakannya dengan merokok dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak asasi seseorang.

“Kita harus memperlakukan vaping dengan cara yang sama seperti memperlakukan akses ke ponsel. Cara terbaik untuk membuat orang berhenti merokok adalah dengan berinovasi menggunakan teknologi,” ujarnya.

Ridley mengungkapkan industri perlu terus fokus untuk mempromosikan produk sebagai alternatif pengurangan dampak buruk merokok. Pasalnya, opini publik yang terbangun saat ini bergerak menentang vaping dengan asumsi-asumsi sesat dan menakutkan.

Diperkirakan ada 1,1 miliar perokok di seluruh dunia dan 6 juta orang meninggal setiap tahun sebagai akibat langsung dari merokok. Menurut World Health Organization (WHO), 890.000 orang meninggal secara prematur per tahun sebagai akibat dari perokok pasif.

Satu batang rokok dinilai mengandung lebih dari 200 bahan kimia karsinogenik, serta nikotin stimulan adiktif. Para ilmuwan dan akademisi sejauh ini masih memperdebatkan pro dan kontra terkait penggunaan nikotin dalam jangka panjang.

(Via The Guardian)

Comments

Comments are closed.