Gudang Garam Belum Berminat Garap Produk Rokok Elektrik

By Vapemagz | News | Jumat, 28 Juni 2019

Salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia, PT Gudang Garam Tbk, mengaku belum berminat untuk menggarap pasar rokok elektrik. Perusahaan asal Kediri, Jawa Timur itu menilai pangsa pasar rokok elektrik masih di kalangan terbatas dengan daya beli yang juga menengah ke atas.

“Sebagian perokok tetap berpendapat rokok elektrik ya rokok elektrik, rokok ya rokok. Tidak 100 persen sama. Sampai hari ini harga yang harus dikeluarkan (untuk rokok elektrik) masih lebih banyak, jadi kemungkinan pasarnya masih berkisar lebih di kalangan atas,” kata Direktur Gudang Garam, Heru Budiman di Kediri, Rabu (27/6/2019).

Saat ini, emiten dengan kode saham GGRM itu masih mengamati sejauh mana pasar rokok elektrik ini bisa berkembang. Dalam waktu dekat ini, perusahaan masih akan fokus untuk mempertahankan produksi rokok yang ada, seperti Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek Mesin SKM.

“Di Indonesia kami sebetulnya sudah persiapkan diri untuk selanjutnya siap-siap melihat perkembangan rokok elektrik. Kita sudah pikirkan sejak tiga tahun yang lalu, intinya kita masih wait and see. Kita tidak menutup diri, kalau nantinya berkembang kita akan ikut segmen ini,” jelasnya.

Salah satu penyebab pasar rokok elektrik di Indonesia relatif masih kecil adalah masih disamakannya aturan larangan untuk rokok elektrik yang disamakan dengan produk rokok konvensional, seperti yang diatur dalam berbagai Peraturan Daerah (Perda) Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

Antara/Asmaul Chusna
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Gudang Garam Tbk (GGRM), Rabu (26/6/2019).

“Dulu orang mengira bisa merokok elektrik di tempat umum, namun buktinya saat ini semua sama dikandangin. Kita belum memiliki data persentase apakah perokok elektrik akan selamanya di rokok elektrik dan tidak kembali pindah ke rokok tembakau,” kata Direktur GGRM, Istata Taswin Siddharta.

Sekadar informasi, GGRM pada tahun 2018 berhasil meningkatkan produksi rokoknya dari 78,6 miliar batang di 2017 meningkat sekitar 8,3 persen menjadi 85,2 miliar batang. GGRM juga sukses meningkatkan pangsa pasar di industri rokok menjadi 23,1 persen dari tahun sebelumnya 21,4 persen. Posisi GGRM di industri rokok nasional hanya kalah dari PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) milik Philip Morris International (PMI).

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan, diputuskan pembagian dividen tunai untuk tahun buku 2018 sebesar Rp5 triliun. Perseroan pada tahun 2018 sukses membukukan pendapatan sebesar Rp 95,7 triliun dengan laba bersih Rp 7,8 triliun. Adapun besar dividen yang diterima masing-masing pemegang saham adalah Rp2.600 per lembar saham.

Angka ini sama dengan nilai deviden yang dibagikan untuk tahun buku 2017. Menurut Heru, nilai dividen yang dibagikan dalam tahun buku 2018 sudah cukup bagus di tengah kondisiindustri rokok tengah mengalami tren penurunan.

“Isu kesehatan memang berpengaruh. Tapi perusahaan akan tetap mematuhi semua kebijakan pemerintah. Tidak naiknya cukai di 2019 juga hilangkan tekanan biaya di perusahaan. Meski demikian, cukai yang tidak naik tidak otomatis daya beli langsung meningkat. Karena industri rokok juga sedang mengalami penurunan,” jelasnya.

(Via Antara)

Comments

Comments are closed.