Gara-Gara Korona, Bea Cukai Tunda Survei Harga Rokok hingga Juni 2020

By Vapemagz | News | Rabu, 8 April 2020

Direktur Teknis dan Fasilitas Cukai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan, Nirwala Dwi Heryanto memastikan pelaksanaan pemantauan Harga Transaksi Pasar (HTP) produk tembakau akan ditangguhkan hingga Juni 2020. Keputusan tersebut merupakan salah satu poin relaksasi yang diberikan oleh DJBC untuk Industri Hasil Tembakau menyusul adanya pandemi virus korona (coronavirus atau Covid-19).

HTP adalah harga jual akhir rokok ke konsumen. Kebijakan relaksasi dijalankan DJBC di masa tanggap darurat bencana non alam ini untuk meminimalkan interaksi langsung antara petugas Bea Cukai dengan pelaku pasar selama pandemi korona berlangsung.

“Survei kan harus turun ke lapangan. Sementara di sisi lain dianjurkan atau bahkan diperintahkan untuk work from home maka dari itu pemantauan harga transaksi pasar kita tunda sampai Juni,” ujar Nirwala dalam keterangannya.

Selain penangguhan pemantauan HTP dari Maret 2020 menjadi Juni 2020, Surat Edaran dengan nomor SE-05/BC/2020 ini juga memuat perihal penundaan pengembalian pita cukai dari 1 Juni 2020 menjadi 1 Agustus 2020. DJBC juga memberi kemudahan penggunaan pita cukai dalam satu pabrikan yang sama.

Antara
Ilustrasi rokok.

Sebelumnya pengawasan implementasi HTP ini diatur dalam Peraturan Dirjen Bea dan Cukai Nomor 37/2017 dimana Bea dan Cukai akan melakukan pengawasan HTP setiap kuartal untuk memastikan kepatuhan HTP di pasar. Relaksasi pada industri tentu akan sangat membantu industri hasil tembakau (IHT) sehingga pabrikan memiliki kesempatan lebih panjang untuk menyesuaikan harga di pasar.

Lebih lanjut Nirwala mengatakan tujuan dilakukan pemantauan adalah untuk menilai kepatuhan pabrikan, apakah akan sesuai dengan HTP atau tidak. Adapun HTP rokok diatur dalam PMK 152/2019. Berdasarkan aturan tersebut HTP untuk rokok tidak boleh lebih rendah dari 85 persen harga jual eceran yang tercantum pada pita cukai.

“Jika distribusi segala macam terganggu otomatis akan bias datanya karena ini berbicara supply and demand juga,” ujar Nirwala. Dirinya berharap relaksasi ini dapat memberi ruang Industri Hasil Tembakau untuk terus berjalan.

(Via Bisnis)

Comments

Comments are closed.