Gandeng Philip Morris International, Perusahan Farmasi Asal Jepang Mau Bikin Vaksin Covid-19 Berbahan Tembakau

By Vape Magz | News | Sabtu, 16 Oktober 2021

Perusahaan asal Jepang, Mitsubishi Tanabe Pharma, bekerja sama dengan Philip Morris International berencana meluncurkan vaksin pertama Covid-19 dari bahan nabati. Mereka mengklaim, vaksin dari tanaman tembakau tersebut kelak dapat diproduksi dengan biaya yang lebih terjangkau.

Selain itu, vaksin berbasis tumbuhan disebut dapat lebih mudah untuk dibawa dan disimpan dibandingkan vaksin Covid-19 pada umumnya. Toshifumi Tada, Manajer Pengembangan Bisnis Vaksin Mitsubishi Tanabe Pharma, mengatakan bahwa anak perusahaan Medicago yang beroperasi di Quebec akan mengajukan izin penggunaan darurat di Kanada untuk kandidat vaksin nabatinya pada akhir 2021.

Tada menyebut bahwa kemungkinan permintaan global terhadap vaksin Covid-19 akan tetap tinggi. Apalagi, berbagai varian baru dari virus yang terus muncul.

“Seperti vaksin flu, kami melihat permintaan vaksin Covid-19 tidak akan menghilang, masih banyak ketidakpastian akan permintaan baru,” ujar Tada, dilansir California Times, Sabtu (16/10/2021).

Vaksin nebati hingga saat ini belum disetujui untuk digunakan pada manusia. Namun, para pendukung teknologi ini telah menyatakan bahwa vaksin tersebut menarik karena pertumbuhan daun tanaman yang cepat, memperpendek proses pembuatan dan mengurangi biaya produksi.

Di samping itu, produksi yang lebih cepat juga mempermudah adaptasi untuk melawan strain baru Covid-19. Sebagai contoh, vaksin flu atau influenza musiman membutuhkan waktu sekitar delapan bulan hingga satu tahun untuk diproduksi.

Sementara itu, vaksin yang dikembangkan dari tanaman oleh Medicago dengan sokongan dana sebagian dari Pemerintah Kanada ini dapat diproduksi hanya dalam lima hingga delapan pekan. Vaksinnya juga dapat disimpan pada suhu antara dua hingga delapan derajat Celcius, sehingga tidak perlu dibekukan dalam perjalanan.

Tada mengatakan bahwa vaksin nabati dianggap relatif aman bagi manusia karena terbuat dari partikel mirip virus (virus-like particles) yang meniru virus target, tidak menggunakan virus hidup yang sebenarnya. Medicago menggunakan pengalamannya dengan partikel mirip virus influenza untuk menghasilkan kandidat vaksin serupa dengan SARS-CoV-2.

Pada Maret 2020, Medicago mengumumkan kesuksesannya memproduksi virus-like particle (VLPs) dari virus penyebab Covid-19 hanya 20 hari setelah mendapatkan gen SARS-CoV-2. Produksi VLPs merupakan langkah awal pengembangan vaksin Covid-19 sebelum uji praklinis keamanan dan efikasinya.

Medicago kini sedang menganalisis data uji klinis Fase 3 vaksin Covid-19 yang melibatkan 24.000 subjek di Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Brasil, Argentina, dan Meksiko. Menurut hasil tes, tidak ada efek samping serius yang terkait dengan kandidat vaksin berbasis nabati dilaporkan.

Namun, perusahaan pendatang baru seperti Medicago mungkin lebih sulit untuk meyakinkan masyarakat umum. Tada juga mengakui bahwa Medicago yang bermitra dengan GlaxoSmithKline yang berbasis di Inggris untuk memperoleh adjuvant vaksin masih memiliki banyak pekerjaan untuk menstabilkan proses pembuatan vaksin Covid-19.

Medicago berencana untuk memproduksi vaksin di pabriknya sendiri di North Carolina, Amerika Serikat. Ketika pabrik baru di Quebec City, Kanada, mulai beroperasi pada 2024, perusahaan berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi tahunannya menjadi satu miliar kali.

Sejauh ini, Mitsubishi Tanabe menjadi perusahaan farmasi Jepang yang tertinggal dalam pengembangan vaksin Covid-19 buatan sendiri karena kekurangan dana pemerintah dan hambatan regulasi untuk pengembangan serta pengujian. Kesulitan-kesulitan ini diperburuk oleh kerumitan melakukan uji klinis skala besar dengan lebih sedikit kasus virus corona jenis baru di Jepang dibandingkan dengan negara-negara Barat.

“Pemerintah Jepang menyadari tantangan yang dihadapi perusahaan asal negaranya, tetapi Medicago sudah melakukan pengujian global, jadi kami pikir akan praktis untuk menerapkan data ini ke pengembangan vaksin Covid-19 di Jepang,” jelas Tada.

(Via republika.com)

Comments

Comments are closed.