Epidemi Penyakit Paru-Paru Disebabkan Oleh Pasar Gelap, Bukan Vaping

By Bayu Nugroho | News | Rabu, 28 Agustus 2019

Beberapa bulan terakhir ini beberapa media utama AS digemparkan dengan penyakit paru-paru yang diduga terkait dengan vaping. Meski berita ini cukup menggemparkan, baik otoritas federal dan lokal belum secara resmi merilis siapa dalang dibalik wabah tersebut, sebaliknya beberapa media lokal justru menyalahkan vaping.

Faktor yang menjadi permasalahan disini bukanlah vaping, melainkan bahan apa yang mereka gunakan untuk vaping. Beberapa dokter yang menanggani pasien ini telah mengidentifikasi bahwa vaping bukanlah pelakuya, tetapi minyak Tetrahydrocannabinol (THC) ilegal.

Pada bulan Juli lalu tercatat, Rumah Sakit Anak Wisconsin mengumumkan secara publik tentang delapan remaja yang telah dirawat karena menderita gangguan paru-paru yang parah. Awalnya pejabat rumah sakit belum mengidentifikasi bahwa penyebab awal gangguan pasien, sampai pada akhirnya terungkap bahwa likuid ganja THC yang mereka dapatkan di pasar gelap.

Buy Weed Online
Penjualan likuid Dank Vapes turun drastis akibat pemberitaan salah yang informasi.

Dari 15 negara bagian AS yang terdapat pasien rawat inap akibat gangguan paru-paru terkait vaping, hanya dua negara bagian yakni California dan Michigan, yang telah melegalkan ganja rekreasi. Menurut penuturan dari pasien, dikarenakan likuid ganja dianggap ilegal di kotanya, mereka akhirnya membeli likuid THC ilegal.

Contoh kasus, pasien Dylan Nelson dari Wisconsin berusia 26 tahun dilaporkan menggunakan Dank Vapes (tiruan THC yang mendapat reson negatif secara luas) sebelum akhirnya penyakitnya terungkap. Demikian pula, seorang pasien di Utah mengaku membeli kartrid THC di Las Vegas.

Akibat merebaknya kasus gangguan pernafasan terkait vaping, para produsen likuid THC terkena dampak dan ditunding menjadi akar permasalahan. Namun kini pandangan publik pun mulai berubah, karena fakta sebenarnya sudah diklarifikasi bahwa likuid ganja dari pasar gelap yang menjadi sumber utama penyakit ini.

(Via Competitive Enterprise Institute)

Comments

Comments are closed.