Dinilai Gagal Turunkan Prevalensi Perokok, Para Ahli Desak WHO Untuk Berdamai Terhadap Produk Rokok Elektrik

By Vape Magz | News | Kamis, 11 November 2021

WHO perlu menyadari bahwa metodologinya tidak efektif, dan berkonsultasi dengan sains dan konsumen dapat menyelamatkan jutaan nyawa.

Para ahli di berbagai penjuru dunia mulai mendesak World Health Oganization (WHO) agar badan kesehatan dunia tersebut mendukung produk vaping sebagai metode alternatif untuk berhenti merokok.

Seperti ahli kesehatan masyarakat Australia yang merupakan penasihat ilmiah World Vapers’ Alliance (WVA), Prof. Bernhard Mayer dan Dr. Colin Mendelsohn misalnya. Mereka menilai bahwa pendekatan anti-vaping dari WHO saat ini akan menyebabkan lebih banyak kematian dan penderitaan dari merokok.

“100 ahli telah berbicara, dan konsumen setuju bahwa vaping dan metode pengurangan bahaya tembakau lainnya harus menjadi yang terdepan dalam menyelamatkan nyawa. WHO mengabaikan fakta itu untuk saat ini, tetapi kami meminta mereka untuk mendengarkan kami. 200 juta nyawa bergantung pada hal ini. Sudah waktunya untuk mengakhiri perang terhadap vaping, ”kata Direktur WVA Michael Landl.

Siaran pers yang diterbitkan oleh WVA baru-baru ini menekankan perlunya WHO untuk mengakui metodologi yang digunakan tidak efektif.

Melalui siaran persnya, WVA menyampaikan tiga permintaan utama kami kepada WHO saat momentum konferensi pengendalian tembakau atau COP9 pada bulan November ini, diantaranya:

  1. PENGAKUAN DAN PENYERTAAN METODE PENGURANGAN KERUSAKAN TEMBAKAU
  2. HAK UNTUK MENGAKSES DAN TERJANGKAU BAGI KONSUMEN
  3. PARTISIPASI KONSUMEN YANG EFEKTIF DALAM DISKUSI DI COP9.

Sejalan dengan siaran pers diatas, baru-baru ini buku yang berjudul Vaping Berhasil. Praktik Terbaik Internasional: Inggris Raya, Selandia Baru, Prancis, dan Kanada, yang memiliki ketebalan 59 halaman juga baru dirilis oleh Property Rights Alliance, yang membahas studi kasus yang dilakukan di beberapa negara untuk mengukur kemajuan terkait penghentian merokok, telah menunjukkan bahwa negara yang mengikuti panduan WHO, terus berjuang dengan tingkat merokok yang lebih tinggi.

Sementara itu, Koordinator Eksekutif CAPHRA, Nancy Loucas mengatakan bahwa untungnya rilis data penting ini bertepatan dengan Kerangka Konvensi Pengendalian Tembakau (Framework Convention on Tobacco Control – FCTC) WHO, yang sedang mengadakan pertemuan COP9 saat ini.

“Pada akhirnya, makalah ini membuktikan negara-negara yang longgar terhadap produk vaping, seperti Prancis, Inggris, Selandia Baru, dan Kanada, telah menyaksikan penurunan tingkat merokok dua kali lebih cepat dari rata-rata global,” ujar Loucas.

“Negara-negara yang menerapkan kebijakan Pengurangan Bahaya Tembakau yang progresif sedang menikmati penurunan yang signifikan dalam tingkat merokok. Sedangkan mereka yang mengikuti panduan WHO terus menghadapi penyakit dan kematian akibat merokok yang berlebihan,” tambahnya.

(Via vapeast.com)

Comments

Comments are closed.