Diklaim Turunkan Perokok, Asosiasi Sarankan Indonesia Tiru Korea Selatan Soal Vape 

By Vape Magz | News | Selasa, 16 Agustus 2022

Ilustrasi vaping (sumber foto : www.instagram.com)

Vapemagz – Ketua koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR), Dr. drg. Amaliya, M.Sc, PhD menyarankan agar Indonesia belajar banyak dari Korea Selatan yang telah menerapkan regulasi soal rokok elektrik (vape).

Menurutnya, Korsel telah melakukan survey publik dan menemukan adanya penurunan jumlah perokok hingga 1,3 persen setiap tahunnya, setelah menerapkan vape sebagai alat alternatif untuk berhenti merokok konvensional.

“Produk tembakau alternatif dinilai memiliki risiko kesehatan yang minim, dan mereka pemerintahan Korea sudah melegalkan produk itu,” ujar Amaliya, seperti dikutip dari detik.com, Selasa (16/8/2022).

“Angka perokok di Korea termasuk tinggi tapi tentu saja di Indonesia lebih tinggi, itu mereka 39,3 persen perokok di 2017, tutun 1,3 persen dari tahun sebelumnya dengan adanya switching atau mengganti produk dari rorkok yang dibakar menjadi rokok atau produk alternatif yang tidak dibakar, jadi dipanaskan atau diuapkan,” lanjut Amaliya.

Dia menyarankan, indonesia seharusnya bisa menerapkan Korsel yang sudah menjual produk vape di minimarket, namun dengan regulasi yang tegas, yaitu hanya bisa dibeli oleh orang berusia di atas 18 tahun dengan cara menunjukkan kartu identitas.

Penerapan ini pun bukan tanpa alasan, Korsel disebut telah mempelajari hasil penelitian-penelitian negara lain tentang risiko-risiko yang ditimbulkan oleh vape ini. Hasilnya, pemerintah Korsel menganggap penerapan regulasi vape membuat lingkungan menjadi lebih bersih ketimbang penggunaan rokok konvensional.

“Itu menjadi solusi banyaknya perokok di Korea. Mereka juga menganggap dengan adanya rokok alternatif lebih bersih lingkungan, tidak ada puntung rokok, tidak ada asap, dan mereka anggap lebih bersih dibanding sebelumnya,” tutur Amaliya.

Sehingga secara otomatis, Korsel pun menjadi tuan rumah dari Asia Harm Reduction Forum (AHRF) ketiga yang dihadiri sekitar 100 ahli kesehatan dari beberapa negara pada bulan Agustus lalu.

Comments

Comments are closed.