Dana Asing Ratusan Miliar Rupiah Siap Dikucurkan untuk Industri Rokok Elektrik Indonesia

By Vapemagz | News | Rabu, 27 Maret 2019

Industri rokok elektrik di Indonesia memasuki tahap akselerasi usai dilegalkan di Tanah Air mulai Juli 2018 lalu. Hal ini dilihat sebagai peluang untuk masuknya investasi asing ke dalam industri vape lokal. Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia mengatakan (APVI) dua produsen raksasa rokok elektronik, JUUL Labs dan Philip Morris International telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di bumi pertiwi.

Ketua Bidang Organisasi APVI Garindra Kartasasmita menyebutkan ada beberapa produsen internasional yang telah mendekati asosiasi untuk masuk ke pasar dalam negeri. Tak tanggung-tanggung, nilai investasinya diprediksi berkisar USD 50 juta atau sekitar Rp 708,7 miliar untuk pendirian pabrik kilang cairan rokok elektrik maupun pabrik pengisian pod rokok elektrik.

Sebelumnya, NCIG yang merupakan kolaborasi antara produsen vape asal Malaysia, Nasty Worldwide Sdn. Bhd. dan produsen lokal Indonesia, HEX telah mengutarakan rencananya untuk membangun pabrik di kawasan Bandung, Jawa Barat, senilai USD 10 juta. Nantinya kapasitas produksi pabrik ini bisa memproduksi POD (closed system vape device dengan isian liquid) sebanyak 1 juta device per bulan.

“Ada lagi yang besar-besar mau masuk. Saya bilang kalau lima kali lipat dari nilai investasi NCIG (USD 10 juta) pasti tercapai. JUUL mungkin lebih besar dari NCIG, harusnya begitu,” ujar Ginanjar. Sementara itu, Philip Morris International yang memproduksi perangkat heat not burn (HNB) IQOS telah masuk ke industri tembakau Indonesia terlebih dahulu melalui akuisisi perusahaan rokok konvensional, HM Sampoerna pada 2005 lalu.

Seth Wenig/AP
JUUL Labs disebut-sebut sedang menjajaki peluang investasi di industri rokok elektrik Indonesia.

JUUL Labs sendiri saat ini tengah menguasai pasar rokok elektrik di Amerika Serikat. Akhir tahun lalu, 35 persen saham JUUL telah dibeli oleh perusahaan Big Tobacco, Altria Group senilai USD 12,8 miliar. JUUL disebut-sebut telah menyerap 23 persen perokok konvensional AS dengan penjualan per tahun mencapai USD 3 miliar.

APVI sendri mencatat saat ini sudah ada 300 produsen likuid, lebih dari 100 produsen alat dan aksesoris lain, lebih dari 150 distributor dan importir dan lebih dari 5 ribu pengecer di Indonesia. Geliat berkembangnya industri rokok elektrik di Indonesia ini tentunya berdampak positif bagi perekonomian negara.

Kepala Seksi Tarif Cukai dan Harga Dasar 2 DJBC Agus Wibowo mengungkapkan, tahun ini cukai dari likuid vape yang tergolong dalam hasil pengolahan tembakau lainnya (HPTL) ditargetkan mencapai Rp 2 Triliun. Besarnya target tersebut lantaran potensi dari industri rokok elektrik di Indonesia juga cukup besar. DJBC sendiri hingga kini telah memasangkan pita cukai ke cairan rokok sebanyak 188 miliar buah.

”Tahun lalu, tiga bulan setelah pemberian izin perdana berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC) ke beberapa pengusaha pabrik liquid vape, penerimaan negara dari industri rokok elektrik mencapai Rp 105,6 miliar. Karena permohonan penyediaan pita memang terus meningkat, kami berharap industri ini bisa memberikan sumbangan hingga Rp 2 triliun,” kata Agus.

(Via Bisnis.com)

Comments

Comments are closed.