JUUL Labs, produsen rokok elektrik atau vape, akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawan mereka. Hal ini demi merestrukturisasi citra perusahaan seiring dengan meluasnya larangan vape di wilayah Amerika Serikat (AS).
“Tenaga kerja akan berkurang mulai sekarang dan akhir tahun nanti,” tulis perusahaan, seperti dilansir AFP dari Yahoo, Selasa (29/10).
Pada tahun lalu, karyawan Juul Labs mencapai 1.500 orang. Perusahaan dikabarkan mempekerjakan karyawan baru rata-rata 300 per bulan pada tahun ini. Seperti dikabarkan Reuters, perusahaan dikabarkan akan mengurangi 10 persen hingga 15 persen tenaga kerja, termasuk beberapa jajaran top manajemen seperti bagian keuangan dan pemasaran.
“Reorganisasi ini akan membantu Juul Labs untuk fokus pada pengurangan penggunaan vape di bawah umur, investasi untuk penelitian, dan menciptakan teknologi baru sambil mendapatkan lisensi untuk beroperasi di AS dan di seluruh dunia,” kata CEO Juul Labs K.C. Crosthwaite.
Kendati PHK akan dilakukan, ia melanjutkan rekrutmen baru akan tetap dilanjutkan untuk posisi tertentu.
“Urusan pemerintah, klinis dan tanggung jawab perusahaan di Juul Labs dikonsolidasikan di bawah kepala regulator Joe Murillo dan fokus untuk mendapatkan kepercayaan regulator, pembuat kebijakan, dan pejabat pemerintah di seluruh dunia,” tulis perusahaan.
Larangan rokok elektrik muncul di tengah epidemi misterius kondisi paru-paru terkait vape. Setidaknya, 33 orang di 24 negara meninggal dunia karena kondisi tersebut hingga Jumat lalu.
JUUL sebelumnya dipersalahkan lantaran meningkatnya tren penggunaan vape di kalangan pelajar dan anak muda. JUUL Labs sendiri sedari awal menekankan bahwa mereka mengeluarkan produk demi perokok dewasa yang membutuhkan alternatif yang lebih aman ketimbang rokok konvensional.
Bisnis perusahaan yang berbasis di San Fransisco tersebut berkembang pesat, sebelum alarm bahaya kesehatan berdering kencang dari kebiasaan mengisap vape.
(Via AFP)
Comments